Oleh: A. Rusdiana
Sang surya mulai bersinar di pagi hari menerangi bumi. Tampak indah tanaman dengan sisa embunnya tumbuh bersemi. Manusiapun bergerak untuk memenuhi tuntutan ekonomi. Mereka yang berjiwa hanif berusaha hidup secara islami. Waktu terus berjalan tanpa kompromi.Tidak terasa hari demi hari berlalu silih berganti. Pekan demi pekan terus berjalan tiada henti. Akhirnya tiba bulan Dzulqa’dah yang penuh hikmah di hati. Seorang penyair Mesir yang bernama Ahmad Syauqi berkata dalam Asy-Syauqiyyat (hlm. 768) :
Detak jantung seseorang berkata kepadanya (yaitu kepada pemiliknya): Sesungguhnya kehidupan adalah kumpulan menit dan detik.
Saat ini kita sudah berada pada bulan Dzulqa’adah, bulan ke sebelas dalam kalender tahun hijriyah. Dzulqa’dah adalah salah satu bulan mulia dalam agama Islam (al-Asyhur al-Hurum), selain Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Sebagai bulan yang mulia, sudah selayaknya kita menjaga kesuciannya, dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dan menjauhi kemaksiatan. Sebagai umat Islam kita juga perlu mengetahui esensi keutamaan dan peristiwa penting yang pernah terjadi pada bulan Dzulqa’adah ini dalam sejarah Islam. Dengan masuknya bulan Dzulqa’dah, ada beberapa hal yang sudah sepantasnya untuk kita ingat kembali:
Pertama: Bulan Dzulqa’dah adalah bulan Mulia.
Dalam satu tahun ada dua belas bulan. Sedangkan bulan ini adalah termasuk bulan yang dihormati dalam islam. Ia termasuk dari bulan-bulan haram yang memiliki kehormatan lebih dari bulan-bulan yang lainnya. Apa artinya Dzulqa’dah? Secara bahasa Dzulqa’dah terdiri dari dua kata: Dzu dan Qa’dah. Dzu artinya adalah pemilik. Qa’dah berasal dari qa’ada – yaq’udu yang artinya adalah duduk. Artinya bahwa bulan yang di dalamnya ada duduk. Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirul Qur’anil ‘Adhim (IV/147) dengan mengatakan:
“Karena mereka duduk dari peperangan dan melakukan perjalanan.”
Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa bahwa pada bulan ini orang-orang Arab dahulu menghentikan peperangan dan tidak melakukan penyerangan terhadap orang lain atau kabilah lainnya. Hal itu karena bulan ini adalah bulan haram. Allah telah menyebutkan tentang bulan haram ini dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya hitungan bulan-bulan di sisi Allah ada dua belas bulan dalam ketetapan Allah pada hari menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada bulan-bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri-diri kalian di dalamnya”. (QS. At-Taubah: 36).
Dalam hadits Abu Bakrah – Radhiyallahu ‘anhu – Nabi – Shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
“Satu tahun ada dua belas bulan. Di antaranya yaitu ada empat bulan haram, tiga bulan secara berturut-turut, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab”. (HR. Bukhari, no. 3197).
Kedua: Bulan Dzulqa’dah adalah bulan Mulia. Saatnya Memperbanyak Istighfar;
Sudah sepantasnya kita memperbanyak istighfar di setiap waktu. Termasuk waktu untuk memperbanyak istighfar adalah bulan dzulqa’dah ini. Hal itu karena Allah telah berfirman:
“maka janganlah kalian menganiaya diri-diri kalian di dalamnya”. (QS. At-Taubah: 36).
Qatadah mengatakan :
“Sesungguhnya kedhaliman pada bulan-bulan haram lebih besar dosanya daripada kedhaliman pada bulan-bulan lainnya, meskipun kedhaliman adalah berat dalam setiap keadaan, akan tetapi Allah mengagungkan sebagian dari urusan-Nya sesuai kehendak-Nya”. (Tafsir Ibnu Katsir, IV/148).
Kedzaliman terhadap diri sendiri tidak lepas karena dua sebab: Pertama: kurang dalam menjalankan kewajiban. dan Kedua: terjatuh dalam perkara yang diharamkan.
Siapakah di antara kita yang sempurna dalam menjalankan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kita? Siapakah di antara kita yang tidak pernah terjatuh dalam perkara yang diharamkan? Siapakah di antara kita yang tidak pernah melakukan kedhaliman terhadap diri-diri kita?
Barangkali di antara kita sesekali atau terkadang atau sering terjatuh dalam dalam kedhaliman terhadap diri sendiri. Barangkali kita berdosa dengan anggota badan kita, baik itu dengan tangan, kaki, mata, pendengaran atau lisan. Jika kedhaliman terhadap diri sendiri beresiko pada selain bulan haram, maka bagaimana dengan hal tersebut jika dilakukan pada bulan haram?
Marilah kita memperbanyak istighfar. Semoga Allah menghapus dosa-dosa yang kita lakukan melalui istighfar yang kita panjatkan. Al-Hasan berkata:
Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah kalian, di meja makan, di jalan-jalan, di pasar-pasar, di majlis-majlis dan dimanapun kalian berada, karena kalian tidak tahu kapan ampunan itu turun. (Tazkiyatun Nufus, hlm. 51).
Ketiga: Rahasia Meraih Pahala Haji tanpa ke Baitullah;
Pada bulan ini kaum muslimin bersiap-siap melaksanakan ibadah haji. Allah berfirman:
“Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi” (QS. Al-Baqarah: [2]: 197).
Sehubungan dengan itu, Ibnu Umar – Radhiyallahu ‘anhuma – mengatakan :
“Bulan-bulan haji adalah syawwal, dzulqa’dah dan sepuluh hari di bulan dzulhijjah. (HR. Bukhari secara mu’allaq dengan shighah jazm).”
Bagi orang yang mampu melakukan ibadah haji, semoga hajinya menjadi mabrur. Bagi orang yang belum memiliki kesempatan untuk ibadah haji, maka ada amalan yang dapat menjadikan seseorang meraih pahala haji, di antaranya adalah menghadiri majlis ilmu di masjid. Dalam hadits Abu Umamah – Radhiyallahu ‘anhu – Rasulullah – Shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
“Barangsiapa yang berangkat ke masjid, tidak ada yang diinginkannya kecuali mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya seperti pahala orang yang haji dengan sempurna hajinya. (HR. Thabrani dalam Al-Kabir dan Syaikh Al-Albani mengatakan: “Hasan Shahih”, Shahih Targhib wa Tarhib, no. 86).
Demikian tiga mutiara bulan ini. Semoga Allah memberikan kepada kita semua taufiq untuk senantiasa mencintai ilmu agama, mempelajarinya, mengamalkannya dan mendakwahkannya karena Allah ta’ala. Amin Ya Rabbal Alamin.
Penulis:
Prof. Dr. H. A. Rusdiana, MM. Guru besar Manajemen Pendidikan UIN Bandung. Dewan Pembina PERMAPEDIS JAWA BARAT. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Mishbah Cipadung Bandung dan Yayasan Pengembangan Swadaya Mayarakat Tresna Bhakti Cinyasag Panawangan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat.***