Hari Buruh, Pendidikan, dan Visi Indonesia Emas 2045

Bandung, Ekpos.com

Wawancara Eksklusif  dengan: Prof. Dr. H. A. Rusdiana, MM. Guru besar Manajemen Pendidikan UIN Bandung. Dewan Pembina PERMAPEDIS JAWA BARAT. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Mishbah Cipadung Bandung dan Yayasan Pengembangan Swadaya Mayarakat Tresna Bhakti Cinyasag Panawangan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat

Setiap 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day sebagai simbol perjuangan para pekerja untuk mendapatkan hak yang adil dan layak. Di Indonesia, hari ini ditetapkan sebagai hari libur nasional. Namun sayangnya, peringatan ini kerap hanya dimaknai sebagai hari libur kerja atau sekolah, tanpa refleksi mendalam terkait posisi buruh dalam pembangunan bangsa.

Secara teori, Hari Buruh lahir dari perjuangan panjang buruh dunia sejak abad ke-19 untuk memperjuangkan jam kerja layak, upah adil, dan kondisi kerja manusiawi. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa kemajuan ekonomi tak lepas dari kontribusi tenaga kerja. Sayangnya, terjadi gap (kesenjangan): Hari Buruh masih kurang dimaknai sebagai momentum pendidikan kritis, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Tulisan ini penting untuk mengajak dunia pendidikan ikut menjadikan Hari Buruh bukan sekadar seremoni, tetapi sebagai momentum edukasi dan penguatan kesadaran akan hak, tanggung jawab, serta kontribusi buruh dalam membangun Indonesia Emas 2045 , sebuah visi besar menuju negara maju pada usia 100 tahun kemerdekaan. Berikut elaborasi dari tiga pertanyaan Hari Buruh, Pendidikan, dan Visi Indonesia Emas 2045:

Pertama: Nilai edukasi yang dapat digali dalam Hari Buruh 1 Mei untuk menghadapi Indonesia Emas 2045; Hari Buruh mengandung nilai edukasi sosial, historis, dan etis. Pertama, pendidikan sejarah perjuangan buruh dapat menumbuhkan kesadaran hak-hak pekerja sejak dini, melatih empati dan kepedulian sosial. Kedua, peringatan ini bisa menjadi pintu masuk pendidikan etika kerja menghormati profesi apapun, menjunjung integritas, serta memahami pentingnya kolaborasi antara pekerja dan pengusaha. Hari Buruh menjadi sarana edukasi literasi keadilan sosial dan ketenagakerjaan, mengajak siswa berpikir kritis tentang hubungan kerja, upah layak, perlindungan sosial, hingga peran teknologi di dunia kerja. Semua ini relevan untuk menyiapkan generasi yang bukan hanya siap bekerja, tetapi juga memahami hak, kewajiban, dan nilai keadilan dalam ekosistem kerja masa depan.

Kedua: Kontribusi buruh dalam membangun Indonesia Emas 2045; Buruh adalah penggerak roda pembangunan nasional. Kontribusi mereka bukan hanya terletak pada output fisik, tetapi juga pada peningkatan produktivitas, inovasi, dan stabilitas ekonomi. Menuju Indonesia Emas 2045, buruh harus diposisikan bukan sekadar tenaga kerja kasar, tetapi juga sebagai partner dalam inovasi dan teknologi.

Di era industri 4.0 dan society 5.0, buruh perlu didorong untuk meningkatkan kompetensi digital dan adaptasi teknologi. Dunia pendidikan memiliki peran strategis dalam menyiapkan calon buruh yang kompeten, adaptif, dan memiliki kemampuan problem solving. Dengan begitu, buruh bukan hanya penerima kebijakan, melainkan aktor aktif dalam transformasi ekonomi.

Ketiga: Pesan yang bisa dielaborasi dalam Hari Buruh untuk menopang ekonomi global; Hari Buruh menyampaikan pesan bahwa keadilan sosial adalah prasyarat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Dunia global membutuhkan model kerja yang tidak hanya mengejar produktivitas, tetapi juga menghormati hak asasi pekerja, inklusivitas, dan keberlanjutan.

Pesan lain adalah pentingnya solidaritas pekerja lintas negara, untuk bersama-sama menghadapi tantangan global: otomatisasi, ketimpangan upah, hingga dampak perubahan iklim terhadap pekerjaan. Pendidikan harus menanamkan nilai kolaborasi global, mempersiapkan generasi muda yang siap bekerja dalam ekosistem ekonomi dunia yang saling terhubung.

Hari Buruh Internasional bukan hanya momen buruh, tetapi momen refleksi pendidikan. Dunia pendidikan perlu menjadikan Hari Buruh sebagai wahana menanamkan nilai keadilan, etika kerja, dan kesadaran global pada peserta didik. Menuju Indonesia Emas 2045, buruh berperan sebagai penggerak inovasi dan pembangunan berkelanjutan. Rekomendasi: 1) Guru dapat memanfaatkan Hari Buruh untuk projek berbasis pembelajaran kontekstual (misalnya diskusi, studi kasus, atau kunjungan industri); 2) Sekolah dapat menjalin kemitraan dengan dunia usaha untuk mengenalkan dunia kerja secara inklusif; 3) Pemerintah dan pemangku kepentingan perlu memperkuat kurikulum ketenagakerjaan dan literasi keadilan sosial di sekolah.

Semoga tulisan ini menjadi kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang relevan, kritis, dan berorientasi masa depan. Hari Buruh bukan hanya peringatan buruh, tetapi juga refleksi pentingnya pendidikan yang mencetak pekerja adil, inklusif, dan berdaya saing.

Total
0
Shares
Previous Article

Terima Jatman PBNU dan IRCS Singapura, Kiai Makhali: Manuskrip Masjid Agung Demak Jadi Inspirasi Islam di Singapura

Next Article

Ketum DePA-RI, Serukan Reformasi Hukum Total dari Hulu ke Hilir

Related Posts