Bandung,Ekpos.com-
Wawancara Eksklusif dengan: Prof. Dr.H.A. Rusdiana, MM. Guru besar Manajemen Pendidikan UIN Bandung. Dewan Pembina PERMAPEDIS Jawa Barat; Dewan Pakar Perkumpulan Wagi Galuh Puseur. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Mishbah Cipadung Bandung dan Yayasan Pengembangan Swadaya Mayarakat Tresna Bhakti Cinyasag Panawangan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa BaratCageur: Fondasi Pendidikan Holistik Berbasis Wahyu untuk Membangun Generasi Sehat Indonesia Emas 2025
Di tengah derasnya arus globalisasi dan digitalisasi, pembangunan generasi sehat jasmani dan rohani menjadi kebutuhan mendesak. Konsep Cageur, yang berarti sehat secara utuh, diangkat sebagai salah satu pilar utama Gapura Panca Waluya dalam Surat Edaran Nomor 43/Pk.03.04/Kesra (2 Mei 2025). Hal ini sejalan dengan nilai-nilai Ki Hadjar Dewantara dan Raden Dewi Sartika yang menekankan kesatuan jasmani, rohani, budi pekerti dalam pendidikan. Dalam konteks global, konsep ini mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) poin 3 dan 4 (Good Health and Well-being; Quality Education) sebagaimana diusung PBB dan UNDP. Dari perspektif wahyu, Al-Qur’an menegaskan pentingnya kesehatan dalam QS. Al-Baqarah: 195 “…dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan…”, serta hadits Nabi SAW: “Ada dua nikmat yang sering dilupakan manusia: kesehatan dan waktu luang” (HR. Bukhari). Namun, masih terdapat gap antara idealisme konsep kesehatan holistik dengan praktik pendidikan yang lebih menitikberatkan aspek kognitif. Itulah kemudian Saya tulis dalam Kompasiana 4 Mei 2025, bertajuk: “Gapura Panca Waluya: Pilar Pendidikan Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas 2045 dalam Persepektif Pendidikan Kontemporer Berbasis Wahyu”.
https://www.kompasiana.com/ahmad58914/68177b0234777c6a104d3ce5/gapura-panca-waluya-pilar-pendidikan-berkelanjutan-menuju-indonesia-emas-
Tulisan ini menjadi penting untuk merumuskan strategi implementasi Cageur sebagai fondasi pendidikan holistik berbasis wahyu, sekaligus menjawab tantangan global dalam mempersiapkan generasi emas 2025, dan menjawab pertanyaan rekan media (6/5/2025). Untuk hal itu mari kita elaborasi pertanyaannya satu persatu:
Pertama: Mengapa Cageur menjadi fondasi pendidikan holistik berbasis wahyu? Cageur bukan hanya tentang sehat fisik, tetapi mencakup integrasi kesehatan jasmani, rohani, mental, sosial, dan spiritual. Konsep ini menempatkan kesehatan sebagai prasyarat keberhasilan belajar dan berakhlak mulia. Dalam pendidikan berbasis wahyu, kesehatan dilihat sebagai amanah ilahi yang harus dijaga untuk mengoptimalkan peran manusia sebagai khalifah fil ardh (pemimpin di bumi). Dengan menjadikan Cageur sebagai fondasi, pendidikan tidak hanya menyiapkan peserta didik menjadi pintar secara intelektual, tetapi juga sehat, kuat, dan siap berkontribusi secara utuh di masyarakat.
Kedua: Bagaimana strateginya agar konsep Cageur dalam fondasi pendidikan holistik berbasis wahyu bisa menjawab tantangan global? Strategi penguatan konsep Cageur dapat dilakukan melalui: 1) Integrasi kurikulum: memasukkan materi kesehatan jasmani-rohani dalam pembelajaran, mengaitkan nilai-nilai wahyu dengan praktik kesehatan sehari-hari; 2) Sinergi ekosistem pendidikan: membangun kolaborasi sekolah-keluarga-masyarakat sebagai komunitas belajar kesehatan; 3) Literasi kesehatan digital: memanfaatkan teknologi dengan prinsip etika digital Islami, agar peserta didik mampu memilah informasi kesehatan di era digital; 4) Pembiasaan spiritualitas: menumbuhkan kebiasaan ibadah, doa, dan refleksi spiritual sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan hati dan pikiran; 5) Pendidikan karakter berbasis wahyu: menumbuhkan tanggung jawab pribadi dalam menjaga kesehatan diri, lingkungan, dan relasi sosial. Strategi ini menempatkan Cageur sebagai jawaban atas tantangan global, seperti meningkatnya gaya hidup tidak sehat, gangguan mental, dan pengaruh negatif digital, dengan pendekatan kontekstual dan berbasis nilai lokal-nasional-global.
Ketiga: Peluang apa yang bisa digali dari konsep Cageur sebagai fondasi pendidikan holistik berbasis wahyu dalam menghadapi Indonesia Emas 2025? Konsep Cageur membuka peluang besar dalam: 1) Penguatan SDM unggul: mencetak generasi sehat, kuat, berdaya tahan tinggi menghadapi perubahan global; 3) Inovasi program pendidikan: pengembangan kurikulum kesehatan berbasis lokal-wahyu, yang relevan dengan kebutuhan masyarakat; 4) Kolaborasi lintas sektor: membuka peluang kemitraan antara dunia pendidikan, layanan kesehatan, teknologi, dan komunitas lokal untuk mewujudkan ekosistem sehat berkelanjutan. Selain itu, Cageur juga menjadi dasar membangun resiliensi bangsa, memperkuat mentalitas positif, dan mengurangi beban kesehatan nasional di masa depan, sehingga menopang visi Indonesia Emas 2025 yang produktif dan berdaya saing.
Singkatnya, Cageur sebagai fondasi pendidikan holistik berbasis wahyu menjadi kunci strategis dalam membangun generasi emas yang sehat jasmani-rohani, cerdas, dan berakhlak mulia. Diperlukan upaya integratif, kolaboratif, dan transformatif antara sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemangku kebijakan untuk mewujudkan konsep ini secara nyata. Kepada para guru dan pemangku kepentingan pendidikan, disarankan: 1) Mengimplementasikan kurikulum kesehatan berbasis wahyu di semua jenjang pendidikan; 2) Membangun ekosistem pendidikan sehat melalui sinergi multi-pihak; 3) Mengoptimalkan teknologi dan budaya lokal sebagai media edukasi kesehatan totalitas. Kini saatnya menjadikan Cageur bukan sekadar konsep, tetapi gerakan nyata untuk membangun Indonesia sehat, kuat, dan berakhlak, menuju Indonesia Emas 2025. Membangun generasi sehat jasmani-rohani dengan konsep Cageur berbasis wahyu sebagai fondasi pendidikan holistik menuju Indonesia Emas 2025.****