Oleh : Prof. Dr.Hj.Lilis Sulastri,. S.Ag.,MM.,CPHRM.,CHRA
( Guru Besar Ilmu Manajemen FEBI UIN Sunan Gunung Djati Bandung )
“ Jika kamu belum mampu menyembelih hewan kurban tahun ini , maka katakanlah pada diri, wahai diri, aku sembelihkan sifat sombongku dalam diriku, yang selama ini selalu merasa benar, selalu merasa pandai dan alim”. ( Maulana Jalaluddin Rumi )
Ketika seorang mukmin menyembelih hewan kurban, sejatinya yang ia sembelih bukan hanya seekor kambing atau sapi, tetapi juga ego, keserakahan, dan kepentingan diri sendiri. Itulah sejatinya nilai filosofis dan transformasional ibadah kurban. Bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi momentum pembentukan karakter dan spirit kolektif bagi pribadi, umat, dan bangsa. Kurban menyimpan pesan-pesan penting yang dapat menjadi fondasi pembentukan generasi muda dan generasi emas Indonesia.
Nilai Edukasi Sosial: Kurban sebagai Madrasah Kemanusiaan, dan Sekolah Kepedulian
Ibadah kurban mengajarkan kita bahwa hak atas kesejahteraan harus dirasakan bersama. Setiap daging kurban yang dibagikan secara merata kepada masyarakat, terutama mereka yang kurang mampu, adalah bentuk konkret pendidikan sosial tentang kesetaraan,keadilan, kepedulian, dan inklusivitas. Daging kurban bukan hanya dibagi, tapi menyatukan.
Faktanya di era sekarang ini kita sering terjebak dalam kompetisi individualistik, Fomo dan Flexing. Melalui Kurban kita belajar bahwa kekuatan sosial justru tumbuh dari rasa solidaritas, bukan persaingan. Inilah hal penting bagi generasi muda Indonesia, bahwa keberhasilan tidak hanya diukur dari apa yang dimiliki, tetapi dari seberapa besar kontribusi yang diberikan kepada sesama.
Kurban mendidik kita menjadi pemimpin yang peka terhadap ketimpangan, bukan hanya pandai berbicara tentang pertumbuhan ekonomi, kritik sana sini tanpa karya, tetapi juga bertindak nyata dalam membangun keberdayaan sosial.
Nilai Spiritual: Menundukkan Ego, Menegakkan Tauhid Sosial
Kurban adalah pengabdian total kepada Allah. Nabi Ibrahim dan Ismail a.s ,menunjukkan bahwa cinta kepada Tuhan harus melampaui cinta kepada dunia. Dalam konteks kekinian, nilai ini mengajarkan kita untuk tidak menjadikan kekuasaan, harta, atau status sebagai “tuhan-tuhan kecil” dalam hidup kita.
Generasi muda yang memiliki spirit dan berjiwa kurban adalah mereka yang siap mengalahkan ego untuk kebaikan bersama. Dalam membangun Indonesia Emas, bangsa ini memerlukan pribadi-pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual, yang jujur, amanah, dan berani mengambil sikap demi nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Kurban juga mengajarkan tentang keikhlasan dan kesabaran, dua nilai spiritual yang menjadi bahan bakar utama dalam proses panjang transformasi bangsa. Dan bangsa besar butuh jiwa besar yang siap berkorban demi kebenaran
Pesan Moral dan Ekonomi: Kurban sebagai Pilar Kemandirian Umat dan Pembangunan Bangsa
Di balik semangat pengorbanan, kurban memiliki dimensi ekonomi yang sangat penting, yakni menciptakan siklus ekonomi produktif, mulai dari peternak lokal, kemudian distribusi daging, hingga gotong royong dalam pelaksanaan. Jika dikelola dengan baik, kurban dapat menjadi daya ungkit ekonomi rakyat kecil, terutama di sektor peternakan, UMKM, dan logistik.
Hal Ini membuka peluang besar bagi pemberdayaan ekonomi umat. Bayangkan saja, jika kurban dikelola oleh koperasi masjid atau BMT berbasis komunitas, ekonomi syariah tumbuh. Ketika hewan kurban dibeli dari peternak binaan, disalurkan melalui sistem distribusi berbasis desa atau dusun, dan melibatkan anak muda dalam logistik dan edukasi sosial. Maka Kurban telah menjadi rantai ekonomi umat, dimana peternak lokal bisa naik kelas, pola distribusi daging menghasilkan kegiatan padat karya. Kurban bisa jadi pilar ekonomi mandiri umat dan menjadi lokomotif kemandirian dan pemberdayaan ekonomi berbasis nilai-nilai Islam. Pada akhirnya kurban mengajarkan tentang distribusi kekayaan yang adil dan manusiawi, berbeda dari sistem kapitalistik yang menumpuk keuntungan pada segelintir orang. Karena Kurban menjadi jalan menuju akhlak kolektif bangsa
Menuju Indonesia Emas 2045, Membangun Generasi Berjiwa Kurban
Mempersiapkan Indonesia Emas 2045 bukan hanya tentang angka PDB, bangsa ini tidak hanya butuh teknologi mutakhir atau pembangunan fisik yang masif. Lebih dari itu, kita memerlukan generasi muda yang memiliki jiwa pengorbanan, integritas, dan kepedulian sosial, yang siap memberi, bukan hanya menuntut, yang siap membangun, bukan hanya menunggu.maka Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat dalam karakter, kokoh dengan spiritual, dan adil dalam ekonomi,
Lalu seperti apa Jiwa kurban itu ?
Generasi muda yang berjiwa kurban adalah mereka yang memiliki fondasi kokoh bagi negeri yang ingin melompat jauh ke depan, tanpa kehilangan akar nilai-nilai luhur. Merekalah pemuda-pemudi yang siap bekerja dalam diam, bertindak dalam terang, dan menebar manfaat dalam setiap ruang.
- Rela mendahulukan kepentingan bersama dibanding kepentingan pribadi.
- Peduli terhadap kaum lemah dan tak terwakili.
- Mandiri secara ekonomi, namun tetap kuat secara spiritual.
- Menjunjung tinggi nilai spiritual dan moral, sebagai benteng menghadapi tantangan zaman.
Ketika semangat kurban hadir bukan hanya dalam bentuk daging yang dibagi, tetapi juga dalam jiwa-jiwa muda yang berani memberi, berani berkorban, peduli sesama, mandiri dalam karya, dan tangguh dalam iman, saat itulah Indonesia akan benar-benar menjadi bangsa besar.
Penutup: Kurban sebagai Jalan Peradaban
Kurban adalah jalan peradaban, ia membentuk karakter manusia, memperkuat komunitas, dan menggerakkan ekonomi. Menyongsong Indonesia Emas 2045, semangat kurban harus dihidupkan Kembali, bukan sekadar ritual ibadah tahunan, tetapi sebagai spirit kolektif untuk membangun bangsa yang bermartabat, mandiri, dan adil bagi semua.
Dari padang Arafah hingga pelosok desa Indonesia, semangat pengorbanan harus terus dikumandangkan. Karena dari kurban, lahirlah peradaban
Wallahu a’lam