JAKARTA || Ekpos.com – Rektor Institut Ilmu Sosial dan Manajemen (STIAMI), Sylviana Murni menjalin kolaborasi dengan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Wakil Menteri KP2MI, Dzulfikar Ahmad Tawalla, pada Jum’at (20 Juni 2025).
Kegiatan ini berlangsung di Lantai 4, Kampus Pusat Institut STIAMI, Jakarta, dihadiri jajaran pimpinan institusi.
Melalui keterangannya, Sabtu (21/6), Rektor Institut Ilmu Sosial dan Manajemen (STIAMI), Sylviana Murni mengungkapkan, Kolaborasi ini mengusung semangat penguatan pelindungan Pekerja Migran Indonesia melalui integrasi program-program Tridharma Perguruan Tinggi, Pendidikan, Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
“Kerja sama ini bertujuan memperkuat sinergi antara dunia akademik dan lembaga negara dalam menciptakan kebijakan serta praktik pelindungan yang lebih inklusif, partisipatif dan berbasis data,” ungkapnya.
Dijelaskannya, sebagai institusi pendidikan tinggi, Institut STIAMI memiliki tanggung jawab moral dan akademik dalam menjawab tantangan bangsa, termasuk isu perlindungan pekerja migran Indonesia. Melalui kemitraan strategis ini, kami percaya bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk memperkuat perlindungan, peningkatan kapasitas dan literasi kebijakan publik bagi para pekerja migran.
“Melalui penguatan Tridharma Perguruan Tinggi, Institut STIAMI berkomitmen menjadi mitra aktif dalam pemberdayaan dan perlindungan migran, dengan mengintegrasikan isu ini ke
dalam kurikulum, riset dan pengabdian masyarakat,” imbuhnya.
“Melalui MoU, Institut STIAMI akan mendorong berbagai program
akademik yang berorientasi pada migrasi dan ketenagakerjaan global, mulai dari kuliah tematik, riset berbasis kebijakan, pengembangan modul literasi migrasi, hingga pengabdian masyarakat di komunitas purna migran,” tandasnya.
Sebagai bagian dari komitmen ini, Institut STIAMI secara resmi mengukuhkan keberadaan Stiami Migrant Center sebagai unit kerja kampus yang akan menjadi pusat informasi, edukasi, pendampingan dan riset mengenai isu-isu pekerja migran. Stiami Migrant Center akan menjalankan berbagai program pelatihan, literasi migrasi, advokasi hukum, hingga pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas.
Pengukuhan ini merupakan implementasi langsung dari Nota Kesepahaman yang ditandatangani antara Institut STIAMI dan KP2MI, yang mencakup kolaborasi di bidang Pendidikan dan Pelatihan, pertukaran data dan informasi, hingga riset kebijakan publik terkait Pekerja Migran Indonesia.
Ke depannya, Stiami Migrant Center diharapkan dapat menjadi percontohan bagi perguruan tinggi lain dalam mengembangkan pusat-pusat studi yang berpihak pada kelompok rentan, serta memperluas pemahaman mahasiswa mengenai tantangan dan peluang migrasi global.
Sementara, Wamen KP2MI, Dzulfikar Ahmad Tawalla mengatakan, pihaknya menyambut baik kerja sama ini dan menilai kolaborasi dengan Institut STIAMI sebagai langkah progresif dalam membangun jembatan antara kebijakan publik dan basis ilmiah di tingkat kampus.
“Kami butuh kampus untuk menyuarakan pelindungan pekerja migran secara akademik. Kami butuh mahasiswa untuk menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. Itulah makna strategis dari kolaborasi hari ini,” kata Dzulfikar Ahmad Tawalla.
Selain penandatanganan nota kesepahaman, dilaksanakan pula Kuliah Umum Nasional dengan tema “Pekerja Migran Indonesia: Dari Perlindungan ke Pemberdayaan” yang disampaikan langsung oleh Wakil Menteri KP2MI. Kuliah ini mengajak mahasiswa dan dosen memahami tantangan migrasi kontemporer, serta memperkuat peran generasi muda dalam perlindungan PMI secara holistik.
Tak hanya itu, Wakil Menteri KP2MI juga hadir sebagai narasumber dalam sesi rekaman Posthink (Podcast Stiamers Everythink), sebuah program digital kampus yang menghadirkan diskusi edukatif seputar kebijakan publik dan pembangunan nasional. Podcast ini akan ditayangkan melalui kanal media sosial Institut STIAMI untuk menjangkau audiens
yang lebih luas, khususnya kalangan muda.
Melalui kerja sama ini, Institut STIAMI menegaskan kembali posisinya sebagai kampus yang tidak hanya mencetak lulusan unggul secara akademik, tetapi juga peka terhadap isu-isu nasional dan global. Inisiatif seperti ini menjadi salah satu bentuk konkret dari pengembangan kampus sebagai motor sosial transformasi.
“Langkah ini juga memperkuat praktik Kampus Berdampak, dengan memberikan ruang kepada mahasiswa untuk terlibat langsung dalam program-program kemasyarakatan dan kolaborasi lintas institusi,” pungkas Syilviana. (Red).