Hijrah Pendidikan: Menyemai Spirit 1 Muharam untuk Indonesia Emas 2045

Bandung, EKPOS.COM

Wawancara Eksklusif  dengan: Prof. Dr. H. A. Rusdiana, MM. Kelahiran Ciamis, 21 April 1961: Guru besar Manajemen Pendidikan UIN Bandung. Peraih Nominator Penulis Opini terproduktitf di Koran Harian Umum Kabar Priangan (15/5/2025). Dewan Pembina PERMAPEDIS Jawa Barat; Dewan Pakar Perkumpulan Wagi Galuh Puseur. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Mishbah Cipadung Bandung dan Yayasan Pengembangan Swadaya Mayarakat Tresna Bhakti Cinyasag Panawangan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. (Kamis 26 Juni 2025),

“Tahun Baru Hijriyah 1447 H adalah momentum hijrah menuju pendidikan bermutu berbasis karakter, kolaborasi, dan kearifan lokal dalam semangat Kurikulum Cinta dan Deep Learning”

Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 H hadir sebagai refleksi historis dan spiritual bagi umat, khususnya dalam membangun peradaban bangsa melalui pendidikan. Spirit hijrah yang terpatri dalam sabda Rasulullah “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini” bukan sekadar motivasi individu, tapi panggilan kolektif untuk transformasi. Di tengah geliat transformasi pendidikan nasional melalui Kurikulum Cinta dan pendekatan Deep Learning, Provinsi Jawa Barat menggagas Gerbang Waluya sebagai inovasi pendidikan holistik berbasis karakter, literasi, dan budaya lokal. Namun demikian, terdapat gap partisipasi daerah dalam menghadapi dominasi kebijakan pusat. Tema Hari Pendidikan Nasional 2025, “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu,” menjadi pengingat bahwa kemajuan pendidikan tak bisa digerakkan satu arah, melainkan oleh kolaborasi seluruh elemen bangsa.

Tahun Baru Hijriyah 1447 H menjadi momentum strategis untuk melakukan hijrah pemikiran dan kebijakan pendidikan menuju sistem yang lebih adaptif, bermakna, dan kontekstual di era Revolusi Industri 5.0, demi menyongsong visi besar Indonesia Emas 2045. Tulisan ini, memjawab 3 pertanyaan Mendasar dari Berikut  Hijrah Pendidikan: Menyemai Spirit 1 Muharam untuk Indonesia Emas 2045:

Pertama: Secara historis, apa yang bisa digali dari Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1447 H?; Tahun Baru Islam bukan hanya penanda pergantian waktu, melainkan momentum transformasi peradaban. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah menandai lahirnya masyarakat baru yang beradab, inklusif, dan progresif dalam nilai-nilai kemanusiaan dan keilmuan. Secara historis, hijrah mengajarkan bahwa perubahan besar dimulai dari keberanian meninggalkan zona nyaman menuju nilai yang lebih luhur. Spirit ini sangat relevan untuk dunia pendidikan hari ini: saatnya kita berhijrah dari sekadar transfer pengetahuan menuju pendidikan yang membentuk karakter, kreativitas, dan kontribusi nyata terhadap bangsa.

Kedua: Secara edukatif, apa yang bisa dielaborasi dari Tahun Baru Islam dalam sistem pendidikan nasional kita?; Tahun Baru Hijriyah mengajarkan nilai-nilai inti pendidikan: keimanan, integritas, dan inovasi. Dalam konteks sistem pendidikan nasional, nilai hijrah mendorong transformasi kurikulum menjadi lebih kontekstual, adaptif, dan berorientasi pada masa depan. Kurikulum Cinta dan Deep Learning adalah bentuk konkret hijrah dalam pendidikan. Kurikulum ini tidak hanya menanamkan pengetahuan, tetapi juga cinta—pada Tuhan, sesama, lingkungan, dan ilmu pengetahuan. Deep Learning menekankan proses berpikir kritis, reflektif, dan kolaboratif. Ini adalah bentuk hijrah dari pendidikan hafalan menuju pendidikan yang menghidupkan hati dan akal. Pendidikan perlu berani berhijrah dari pendekatan linear ke pendekatan yang integratif dan transformatif, memperkuat kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagaimana semangat “Gerbang Waluya” yang sedang dikembangkan di Jawa Barat.

Ketiga: Pesan moral apa yang bisa disampaikan kepada insan akademik?; Hijrah adalah panggilan moral untuk menjadi insan yang lebih baik setiap harinya. Kepada para pendidik, dosen, guru, peneliti, dan pelajar, Tahun Baru Islam mengingatkan bahwa tugas akademik bukan semata transfer ilmu, melainkan transformasi manusia. Insan akademik ditantang untuk tidak hanya menjadi intelektual pengamat, tetapi intelektual pelaku perubahan. Hijrah akademik berarti menyemai nilai-nilai kejujuran, keberanian dalam berpikir merdeka, dan kolaborasi lintas disiplin untuk menjawab tantangan zaman. Mereka perlu memosisikan diri sebagai agen perubahan dalam ekosistem pendidikan. Dalam konteks ini, semangat hijrah mendorong lahirnya leadership akademik yang menyatu dengan kebutuhan sosial dan semangat zaman.

Tahun Baru Hijriyah 1447 H menyuguhkan inspirasi kuat untuk melakukan hijrah pemikiran dan tindakan di sektor pendidikan. Secara historis, hijrah adalah simbol peradaban baru. Secara edukatif, ia menuntut perubahan paradigma kurikulum dan pendekatan pembelajaran. Secara moral, ia memanggil para insan akademik untuk menjadi motor perubahan dalam membentuk generasi unggul. Rekomendasi: 1) Bagi Pemerintah Pusat: Perlu memberi ruang lebih luas untuk inisiatif lokal seperti Gerbang Waluya, serta memperkuat kebijakan yang mendukung Kurikulum Cinta dan Deep Learning; 2) Bagi Daerah: Terus mendorong inovasi pendidikan berbasis lokalitas yang menjembatani kebijakan nasional dan kebutuhan nyata masyarakat; 3) Bagi Insan Akademik: Menjadikan momentum 1 Muharam sebagai refleksi tahunan untuk memperbarui semangat pengabdian dan integritas dalam mendidik.

Dengan semangat hijrah, mari jadikan pendidikan sebagai jalan menuju Indonesia Emas 2045—bangsa yang cerdas, berkarakter, dan berdaya saing global, tanpa kehilangan akar budayanya. Wallahu A’lam.

Total
0
Shares
Previous Article

Serius Mengatasi Maraknya Penjualan Minol, Pemkot Bandung Bentuk Tim Yustisi

Next Article

Farhan: Pengembangan Olah Raga Upaya Penting Cetak SDM Unggul

Related Posts