Integrasi Nilai-Nilai Islam dalam Pendidikan: Deep Learning dan Kurikulum Cinta sebagai Solusi

Wakil Dekan II FTK, UIN SGD Bandung, Dr.Hariman Surya Siregar, M.A

Bandung,EKPOS.COM

Pendekatan deep learning dan kurikulum cinta menjadi semakin relevan dalam dunia pendidikan saat ini. Deep learning tidak hanya menjanjikan pemahaman yang lebih mendalam, tetapi juga menyentuh aspek spiritual, emosional, dan sosial peserta didik. Dalam konteks pendidikan Islam, konsep ini sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw.

Demikian hal tersebut di ungkapkan  Dr.Hariman Surya Siregar, M.A Wakil dekan II, Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN SGD Bandung, kepada EKPOS.COM, Kamis, 3 Juni 2025

Menurutnya, Deep learning dalam pendidikan merujuk pada proses pembelajaran yang tidak sekadar menghafal fakta, tetapi benar-benar memahami dan menginternalisasi pengetahuan secara mendalam. Pendekatan ini dikenal dengan tiga prinsip utama: mindful, joyful, dan meaningful. Konsep mindful learning mengajarkan peserta didik untuk hadir secara penuh dalam proses belajar, yang tercermin dalam ayat Al-Qur’an tentang orang-orang yang mendalam ilmunya.

Ia memaparkan bahwa pembelajaran yang bermakna tidak akan tercapai jika dilakukan dengan keterpaksaan. Rasa gembira dalam belajar adalah salah satu kunci agar ilmu mudah masuk dan tertanam dalam jiwa. Islam sendiri sangat menekankan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah, dan ibadah seharusnya dilakukan dengan hati yang lapang.

“Kurikulum cinta berbicara tentang fondasi emosional dan spiritual dari pendidikan. Dalam hadis Nabi disebutkan bahwa cinta kepada saudaranya sebagaimana cinta kepada dirinya sendiri adalah salah satu aspek penting dalam iman. Bila diterapkan dalam dunia pendidikan, maka seorang guru tidak bisa hanya menjadi pengajar, tetapi harus menjadi sahabat, pembimbing, dan pengasuh yang mencintai peserta didiknya.” tuturnya.

Lebih jauh ia menjelaskan, mengintegrasikan deep learning dan kurikulum cinta dalam pendidikan Islam bukan sekadar pilihan metodologis, tetapi kebutuhan zaman. Anak-anak kita hidup di era digital, penuh tantangan dan informasi yang membanjir. Mereka tidak hanya butuh ilmu, tetapi juga panduan hati dan keteladanan.

“Guru sebagai agen perubahan harus mulai menata ulang pendekatan pendidikan. Mulailah dengan mindfulness, ciptakan suasana joyful, dan temukan makna dari setiap pelajaran. Jangan lupa, letakkan cinta sebagai fondasi dari segalanya. Sebab, pendidikan yang berangkat dari cinta akan menumbuhkan generasi yang cerdas dan berakhlak.” terang Hariman

Dengan demikian, tambah ia, pendidikan Islam dapat membentuk manusia yang seimbang, yaitu berilmu, berakhlak, dan berdaya guna. Dalam Al-Qur’an dan hadis, kita menemukan bahwa belajar adalah perjalanan spiritual, bukan hanya intelektual.

“Pendidikan yang mengintegrasikan deep learning dan kurikulum cinta dapat menjadi jawaban atas kebutuhan pendidikan di era modern ini. Oleh karena itu, penting bagi pendidik dan pengajar untuk memahami dan mengimplementasikan pendekatan ini dalam proses pembelajaran.” pungkas Hariman*** har

Total
0
Shares
Previous Article

Reaktivasi Bandara Husen Sastranegara Bukan Semata Keinginan Wali Kota

Next Article

Tonton FIFA Club World Cup 2025TM dengan Pengalaman Sinematik dari Rumah Bersama Hisense MiniLED TV U7Q 100 Inci

Related Posts