MPLS Ramah 2025: Menumbuhkan Mutu, Meneguhkan Karakter, Membangun Peradaban

Pakar Manajemen Pendidikan, Prof.Dr.A.Rusdiana/ dok. Photo, Istimewa
Bandung, EKPOS.COM

“MPLS Ramah 2025 hadir sebagai langkah strategis membentuk budaya sekolah yang bermartabat, aman, dan mendorong tumbuh kembang peserta didik sejak hari pertama.”

Tanggal 14 Juli 2025 menjadi awal tahun ajaran baru secara nasional, disertai pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Tahun ini, dengan tema “MPLS Ramah”, paradigma MPLS bergeser: dari seremoni formal ke momen transformatif membangun sekolah yang memuliakan peserta didik sebagai manusia utuh sejak hari pertama. MPLS Ramah selaras dengan pendekatan pembangunan sumber daya manusia yang inklusif dan partisipatif. Dalam teori pembangunan sosial, manusia bukan sekadar objek kebijakan, melainkan aktor aktif dalam pembentukan nilai, karakter, dan peradaban. Sekolah yang ramah anak akan memperkuat daya saing bangsa melalui generasi yang tumbuh dengan kepercayaan diri dan resiliensi tinggi. Nanun masih ditemukan praktik MPLS yang menekan secara psikologis, berorientasi formalitas, bahkan minim interaksi bermakna. Padahal, MPLS adalah momentum penting memperkenalkan budaya sekolah yang sehat dan mendukung. Maka dibutuhkan transformasi pendekatan: dari “orientasi teknis” menjadi “pembudayaan nilai”. Tulisan ini bertujuan merespons tiga pertanyaan dari media terkait esensi dan dampak MPLS Ramah, serta memberikan inspirasi bagi para pemangku kepentingan pendidikan untuk menjadikan tema ini sebagai tonggak perubahan budaya sekolah yang mendasar dan berkelanjutan. Mari kita Elaborasi satu-persatu:

Pertama:Nilai edukasi apa yang bisa digali dari MPLS Ramah bagi peningkatan mutu pendidikan?; MPLS Ramah menanamkan nilai empati, penghargaan terhadap proses, komunikasi positif, rasa aman emosional, dan kepemimpinan kolaboratif. Semua nilai ini membentuk iklim pembelajaran yang sehat dan efektif. Mutu pendidikan akan meningkat jika peserta didik merasa dihargai dan dilibatkan sebagai subjek dalam proses belajar.

Kedua: Bagaimana strateginya agar MPLS Ramah bisa meningkatkan kualitas pendidikan?; Strateginya adalah menjadikan MPLS sebagai media pembiasaan budaya positif sejak hari pertama. Guru dan siswa senior perlu dilatih menjadi fasilitator yang ramah, sekolah menyusun aktivitas berbasis pengalaman menyenangkan, dan pelibatan orang tua diperkuat. MPLS harus menjadi “miniatur pembelajaran bermakna” untuk tahun ajaran ke depan.

Ketiga: Apa yang diharapkan dengan tema MPLS Ramah bagi peradaban bangsa?; Tema MPLS Ramah diharapkan melahirkan generasi yang tidak hanya berpengetahuan, tetapi berkarakter kuat dan berintegritas tinggi. Dari hari pertama di sekolah, peserta didik mengalami pendidikan yang memanusiakan, sehingga tumbuh menjadi warga negara yang siap membangun peradaban yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.

MPLS Ramah adalah awal dari transformasi budaya sekolah yang mengedepankan nilai, bukan sekadar prosedur. Melalui pendekatan ini, sekolah menjadi ruang aman untuk tumbuh, bukan ruang kontrol yang kaku. Untuk itu, semua unsur sekolah, kepala sekolah, guru, siswa senior, orang tua perlu bersinergi. Pemerintah juga harus memperkuat kebijakan yang mendukung implementasi MPLS secara holistik dan berkesinambungan.

Pendidikan sejati dimulai bukan dari buku, tetapi dari pengalaman yang menyentuh hati. MPLS Ramah adalah titik tolak pembentukan manusia berkarakter kuat yang kelak akan menggerakkan roda peradaban bangsa. Mari pastikan setiap langkah pertama peserta didik di sekolah adalah langkah penuh harapan, bukan ketakutan, karena dari sinilah masa depan kita dibentuk.***

Total
0
Shares
Previous Article

IPK 3.93, Alamsyah Raih Gelar DOKTOR dari UIN SGD Bandung

Next Article

Pengurus Baru Wushu Jabar Jalin Sinergitas dengan Pemprov Jabar

Related Posts