Oleh: Ahmad Rusdiana
Sudah dimafhumi oleh kamum muslimin, Kita baru saja memasuki bulan Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriyah, yang juga tergolong salah satu dari empat bulan haram (suci) dalam Islam. Di dalamnya terdapat satu hari yang sangat istimewa, yaitu hari Asyura’, tanggal 10 Muharram. pada tahun ini, tepatnya hari Ahad 6 Juni 2025 M. Rasulullah ketika sampai di Madinah, beliau melihat kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari itu. Lalu beliau bertanya: “Apa ini?” Mereka menjawab: “Hari ini adalah hari baik, hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari Fir’aun.”
Lalu Rasulullah bersabda: “Aku lebih berhak mengikuti Musa daripada kalian.”
Maka beliau pun berpuasa dan menyuruh umat Islam untuk berpuasa. (HR Bukhari). Dari peristiwa ini, kita belajar bahwa Nabi Musa adalah sosok yang sangat istimewa dalam sejarah dakwah. Ia menghadapi salah satu tiran terbesar sepanjang sejarah: Fir’aun. Namun apa yang menarik? Nabi Musa bukan hanya kuat fisik, tetapi juga kuat dalam keyakinan. Dalam Al-Qur’an (QS Al-Qashash: 15), disebutkan bahwa ia hanya sekali memukul seseorang dan langsung meninggal.
Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).”(QS Al-Qashash, [28]: 15).
Lalu dalam QS Al-Qashash: 26, beliau disebut “al-qawiyyu al-amin” kuat dan amanah. Tapi ketika Allah perintahkan Musa untuk mendakwahi Fir’aun, Musa berkata: “Ya Rabb, kami khawatir Fir’aun akan menyiksa atau berlaku dzalim terhadap kami.”
Artinya: “Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan kami, sungguh, kami khawatir dia akan segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas.’.”
Kekahawatiran Nabi Musa dijawab oleh Allah.
Artinya: “Dia (Allah) berfirman ‘Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua. Aku mendengar dan melihat.’.” (QS Thaha: 45-46)
Subhanallah. Inilah spirit yang harus kita pelajari dalam bulan mulia ini.
Setidaknya ada tiga pelajaran penting yang dapat kita petik dari kisah heroik dakwah Nabi Musa, terlebih relevan dengan isu-isu masa kini, seperti tragedi Palestina dan misi besar bangsa kita menuju Indonesia Emas 2045: Pertama: Tawakkal Lebih Penting dari Kekuatan Fisik; Nabi Musa yang kuat saja, pada akhirnya hanya bisa bertawakkal saat dihadapkan pada laut di depan dan Fir’aun di belakang. Lalu Allah perintahkan untuk memukulkan tongkat. Tongkat biasa, tapi karena perintah Allah, lautan pun terbelah. Firman Allah dalam (QS At-Talaq: 3);
Artnya: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Talaq [65]: 3).
Ayat ini menhajarkan bahwa “Barang siapa bertawakkal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya.” Inilah pelajaran besar: kekuatan spiritual lebih menentukan daripada kekuatan fisik atau teknologi. Palestina hari ini tak punya banyak senjata, tapi mereka punya izzah (harga diri) dan tawakkal. Dan kita di Indonesia pun harus menanamkan kekuatan mental dan spiritual dalam membangun bangsa.
Kedua: Mulai dari Apa yang Ada; Tongkat Musa bukan alat canggih. Tapi karena digunakan dengan iman dan keyakinan, ia jadi sarana kemenangan. Maka jangan menunggu serba sempurna untuk berbuat. Kita mulai dari apa yang kita punya: niat, ilmu, keberanian, karya. Firman Allah SWT dalam “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan jalan keluar.” (QS At-Talaq: 2):
Artinya: “Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS At-Talaq [65: 2).
Demikianlah ayat ini memmberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar) dari malapetaka di dunia dan di akhirat. Dalam konteks Pemuda-pemudi Indonesia tak perlu menunggu kaya, jabatan, atau viral untuk mulai berdakwah dan berkarya demi bangsa.
Ketiga: Percaya Diri karena Allah Bersama Kita; Musa minder menghadapi Fir’aun. Tapi saat Allah berkata: “Aku bersamamu,” Musa bangkit. Kita pun harus yakin. Jangan takut menyuarakan kebenaran. Jangan minder menjadi Muslim di tengah arus sekularisme dan hedonisme dunia modern. Nabi bersabda:
Katakanlah kebenaran walaupun pahit.” (HR Ibnu Hibban).
Musa awalnya merasa tidak layak menghadapi Fir’aun, namun Allah menegaskannya: “Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat” (QS. Thaha: 46). Inilah kunci keberanian: yakin akan pertolongan Allah. Generasi Muslim masa kini pun harus kokoh dalam iman, teguh menyuarakan kebenaran, meski itu tidak populer. Keberanian tidak muncul dari kekuatan pribadi semata, tetapi dari keyakinan bahwa Allah selalu bersama orang yang jujur dan membela kebenaran. Dalam era modern yang penuh godaan, generasi Muslim harus tampil percaya diri, menjadi penyeru kebaikan dan penolak kemungkaran, seperti Musa di hadapan Fir’aun. Dengan demikian Bangsa yang ingin besar harus punya generasi berani, jujur, dan percaya diri dalam iman.
* Artikel, adalah esensi khutbah jumat,11 Juli 2025
* Penyusun, Gubes, dosen dan pembina YSDP Al Misbah Kota Bandumg