Bandung,EKPOS.COM
Melalui riset karya ilmiahnya, Ahmad Rivai memaparkan bahwa Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah lama melakukan dialektika antara agama dan budaya. Dalam penelitian tersebut, Ia menemukan bahwa Muhammadiyah telah menggunakan saluran YouTube TvMu untuk menyampaikan ide dan gagasan kebudayaannya.
“Dialektika agama dan budaya di Muhammadiyah telah dimulai sejak tahun 1995 di Banda Aceh dan terus berlanjut hingga saat ini. Pada Muktamar 2000 di Jakarta, Muhammadiyah membahas tentang pentingnya budaya dalam dakwah. Kemudian, pada Munas Tarjih Surakarta 2002 dan Munas Tarjih Makasar 2003, Muhammadiyah semakin mempertegas sikapnya terhadap budaya.” ungkap Ahmad Rivai dalam sidang terbuka mempertahankan Disertasi meraih Doktor Studi Agama-Agama, Senin, (14/07/2025) di Aula Gedung Pascasarjana UIN SGD Bandung.
Ia menjelaskan bahwa pola dialektika agama dan budaya di Muhammadiyah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
1. Integrasi nilai-nilai Islam pada budaya global maupun budaya lokal. Muhammadiyah melakukan purifikasi budaya dengan cara dinamisasi, yaitu mengintegrasikan agama pada budaya tanpa merubah budaya tersebut.
2. Akulturasi budaya. Muhammadiyah melakukan akulturasi budaya dengan memasukkan nilai-nilai Islam pada budaya yang ada melalui proses akulturasi, demitologisasi, demistifikasi, maupun desakralisasi.
3. Penciptaan wujud budaya baru. Muhammadiyah menciptakan wujud budaya baru yang menggabungkan agama dengan tradisi budaya yang telah ada dan berkembang di masyarakat.
Sebab itu, Ahmad Rivai memberikan saran untuk memperkuat dakwah kultural, Muhammadiyah perlu membentuk pusat-pusat kebudayaan yang dapat menjadi sarana komunikasi bagi para pelaku seni dan budaya. Selain itu, Muhammadiyah perlu memperkuat SDM di bidang seni dan budaya dengan menyapa para seniman dan budayawan bergabung di Muhammadiyah.
“Penelitian ini hanya mengkaji hasil penampakan dari tayangan YouTube. Untuk menyempurnakan pemotretan akan wujud budaya versi Muhammadiyah, peneliti berikutnya bisa melakukan penelitian secara etnografi langsung untuk lebih jelas lagi dalam mempotret fenomena kebudayaan Muhammadiyah.” pungkasnya***