Bandung,EKPOS.COM
Kesuksesan selalu diraih oleh orang punya motivasi,dedikasi dan visioner seperti halnya Ahmad Rivai. Pria yang berpenampilan Low Profile ini telah sukses menorehkan dengan tinta emas dalam karir akademisnya. Ia sukses meraih gelar DOKTOR Studi Agama-Agama dalam sidang terbuka,Senin,14 Juli 2025 di Aula utama lantai 4 gedung pascasarjana UIN SGD Bandung, Jalan Soekarno-Hatta. Dengan Disertasi ” DIALEKTIKA AGAMA DAN BUDAYA DI MUHAMMADIYAH”
(Analisis Naratif Pada Program “Pengkajian Dakwah Kultural” di YouTube TvMu). Ahmad berhasil meraih IPK 3.84, Ia merupakan Doktor ke-979 di pascasarjana dan ke- 211 di bidang studi agama-agama.
Dihadapan tim penguji Ahmad Rivai mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan para penguji. Bahkan, dengan rasional, dan argumentatif ia bisa menjelaskan hasil riset secara detail dan faktual.
Dalam simpulam dan saran-saranya Ahmad Rivai mengungkapkan bahwa dari uraian di atas, banyak temuan yang dapat menggambarkan bagaimana dialektika agama dan budaya di Muhammadiyah. Dimana Muhammadiyah menggunakan saluran YouTube TvMu dalam menyampaikan ide dan gagasan kebudayaannya. Maka pada bagian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penlitian ini yakni narasi agama dan budaya di Muhammadiyah telah dibangun dalam kurun waktu yang panjang sejak tahun 1995 di Banda Aceh, lalu di bahs lagi pada Muktamar 2000 di Jakarta. Lalu dilanjutkan pada Munas Tarjih Surakarta 2002, Munas Tarjih Makasar, 2003 dan halaqah kebudayaan di Surakarta tahun 2002. Suara Muhammadiyah menerbitkan dua kali edisi mengenai dakwah kultural yang menegaskan posisi Muhammadiyah dalam budaya. Putusan akhir sikap Muhammadiyah terhadap budaya tertulis dalam himpunan putusan tarjih jilid 3 yang menegaskan bahwa budaya menjadi bagian integral dalam dakwah Muhammadiyah. Maka dialektika ada pada dialog Panjang Muhammadiyah yang dapat di jumpai pada hasil muktamar, Tanwir dan Halaqah kebudayaan Muhammadiyah. Sedangkan Muhammadiyah menggunakan media YouTube TvMu untuk menyebarkan faham kebudayaannya, pada fase inilah Muhammadiyah melakukan mediatisasi agama. Narasi agama dan budaya di Muhammadiyah disampaikan melalui media yang dimiliki Muhammadiyah termasuk media sosial YouTube, yang menegaskan Muhammadiyah dekat dengan budaya.
2. Untuk memperkuat dakwah kultural dilakukan pengkajian ramadan dengan tema dakwah kultural dalam rangka menegaskan, meninjau dan memberikan koreksi atas sikap Muhammadiyah terhadap budaya. Dalam kajian tersebut didapat kesimpulan bahwa pola dialektika agama dan budaya di Muhammadiyah yaitu dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam pada budaya global maupun budaya lokal. Purifikasi tidak dimaknai sapu bersih terhadap budaya, tapi purifikasi dimaknai dinamisasi dimana agama dapat di integrasikan pada budaya. Pada bagian ini Muhammadiyah menegaskan kembali sikapnya terhadap budaya. Selain itu Muhammadiyah mencoba untuk memulai dakwah baru melalui media sosial. Pola integrasi agama dan budaya dapat melalui akulturasi budaya, demistifikasi, demitologi serta rasionalisasi pada budaya yang telah ada tanpa merubah budaya tersebut.
3. Pola dialektika agama dan budaya yang ketiga yaitu menciptakan wujud budaya baru yang menggabungkan agama dengan tradisi budaya yang telah ada dan berkembang dimasyarakat. Pada tahapan ini Muhammadiyah baru sebatas mampu menampilkan karya-karya seni, teruatam seni musik pada acara resmi Muhammadiyah. Penciptaan grup musik hingga orkestra Muhammadiyah nampak ada dan terlihat namun belum merata keseluruh jaringan Muhammadiyah. Pada dialektika tahap ketiga ini, Kyai Cepu memberikan konstruksi budaya di Muhammadiyah dengan menginisiasi lahirnya Fiqh Kebudayaan. Narasi Fiqh Kebudayaan didapat dari Analisa terhadap tayangan dan dialog kebudayaan di YouTube TvMu.
Maka dari simpulan diatas, setidaknya penelitian ini dapat menggambarkan alur narasi kebudayaan yang dimulai dengan dialog kebudayaan pada Munas Tarjih dengan menghasilkan pedoman kebudayaan Muhammadiyah. Setelah pedoman itu maka hubungan Muhammadiyah dengan budaya diperkuat lagi dengan lahirnya konsep “dakwah kultural”. Dakwah kultural adalah salah satu bentuk akulturasi Muhammadiyah dengan budaya terutama budaya lokal. Setelah dakwah kultural selesai dikonsepkan, maka pada ramadan 1445 H dilakukan pengkajian ulang mengenai dakwah kultural dengan melahirkan gagsan integrasi budaya dengan memasukan nilai Islam pada budaya yang ada melalui proses akulturasi, demitologisasi, demistifikasai maupun desakralisasi pada budaya yang telah ada. Maka tahapan akhir dari dialog budaya dan agama di Muhammadiyah lahirlah ide gagasan Fiqh Kebudayaan sebagai pedoman praktis penciptaan budaya baru di Muhammadiyah.
Saran
Bagi Muhammadiyah pembentukan pusat-pusat kebudayaan dapat menjadi solusi kebudayaan, agar ada sarana komunikasi bagi para pelaku seni dan budaya untuk berkumpul. Hal ini penting agar dakwah Muhammadiyah semakin kuat di bidang budaya, karena SDM Muhammadiyah dibidang seni dan budaya terbatas maka perlu diperkuat dengan menyapa para seniman dan budayawan bergabung di Muhammadiyah. Wadah kesenian dan kebudayaan inilah yang diharapkan akan melahirkan wujud budaya baru di Muhammadiyah Kajian-kajian keagamaan mengenai budaya sudah dirasa cukup, tinggal bagaimana itu diwujudkan dalam produk kebudayan, terutama produk artefak seperti hasil karya seni, baik seni patung, lukis, musik dan lain yang menggambarkan kehalusan rasa dan keagungan Islam.
Bagi para peneliti berikutnya, penelitian ini hanya mengkaji hasil penampakan dari tayangan YouTube. Maka untuk menyempurnakan pemotretan akan wujud budaya versi Muhammadiyah. Peneliti berikutnya bisa melakukan penelitian secara etnografi langsung untuk lebih jelas lagi dalam mempotret fenomena kebudayaan Muhammadiyah .*** harry