BANDUNG – Ekpos.Com >> Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung yang juga Ketua Harian Gugus Covid-19, Ema Sumarna menyatakan, apabila rumah sakit di Kota Bandung hanya menangani warga Kota Bandung maka memperkirakan BOR di bawah 60 persen.
Namun karena menjadi rujukan dari berbagai daerah, maka BOR rumah sakit di Kota Bandung tinggi. Dari 29 rumah sakit di Kota Bandung, sekira 50 persennya diisi pasien-pasien dari luar Kota Bandung.
Meskipun begitu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, terus berupaya memberikan pelayanan maksimal bagi pasien yang terinfeksi Covid-19. Untuk urusan rumah sakit, Pemkot Bandung tak membedakan identitas pasien. Meskipun hal itu membuat Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur di setiap rumah sakit di Kota Bandung selalu tinggi.
“Semuanya RS rujukan di Kota Bandung, sangat berdampak, karena indikator yang menjadi perhitungan, BOR termasuk kematian,” ujarnya di Bandung, Rabu (21/72021)
Sehingga, BOR yang selalu tinggi membuktikan rumah sakit di Kota Bandung memberikan pelayanan bagi pasien dari mana pun.
“Saya tidak terlalu terjebak persoalan kasus. Terpenting layanan maksimal. Karena pelayanan kesehatan kita tidak bisa (membatasi), mau penduduk mana saja boleh. Dan itu dibuktikan 45 persen itu penduduk luar Kota Bandung. Apalagi RSHS itu milik Jawa Barat,” tegasnya.
Di samping itu, Ema menilai PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat) Darurat cukup berdampak positif. Selama pelaksanaan PPKM Darurat kasus Covid-19 relatif menurun.
Kecuali BOR, tapi aktifnya (kasus) tidak terlalu masif. Kalau kumulatif itu bagian dari konsekuensi 3T (testing, tracing, treatment). “Kalau kita mau diam, teori gunung es akan berlaku. Hanya bagus dipermukaan, meledak di bawah, itu bahaya.
“Saya tidak mau, tiba-tiba saja BOR di Rumah sakit rujukan meledak kan itu yang bahaya. Jumlah (kasus) sedikit terus tiba-tiba Rumah sakit penuh kan itu yang kita tidak mau. Seperti yang saat ini berjalan, BOR rumah sakit di Kota Bandung per tanggal 20 Juli 2021 pukul 20.00 WIB mencapai 83,74 persen. Dari jumlah itu, terjadi penurunan TT (tempat tidur) sebanyak 6 TT dibanding hari sebelumnya,” tutur Ema.**