Jakarta – ekpos.com – Ketua Dewan Pembina Laskar Ganjar – Puan, H. Mochtar Mohamad mengatakan, pasangan Ganjar – Puan penerima estafet Jokowi karena diusung dari partai yang sama PDI Perjuangan.
“Ini merupakan penerus konsep Bung Karno, Spirit Pancasila 1 Juni 1945 dan Trisakti Bung Karno Berdaulat di bidang Politik, Berdikari di bidang Ekonomi dan Berprikebadian dalam budaya,” kata Mochtar di Jakarta, Rabu (29/12/21).
Dijelaskan dia, pemerintahan Jokowi bisa terjaga sampai dengan 2024, bisa jadi PDI Perjuangan di pemilu 2024 atas efek Jokowi dan Ganjar – Puan melebihi pemilu 1999 mencapai 34,74% diperkirakan diatas 40 %.
Indikator itu terukur di Jabar, hari ini Kabupaten Indramayu yang di dominasi Golkar bergeser ke PDI Perjuangan hingga 48% dan Kabupaten Pangandaran 50% survei Desember SMRC.
“Bahkan 2 Kabupaten di Jabar, PDIP Perjuangan mendominasi yang selama ini dikuasai Golkar,” jelasnya.
Di sisi lain, Puan dianggap menyolidkan pemilih PDIP Perjuangan pasangan ke Ganjar – Puan. Wilayah Sumatra bangkit gabung ke Ganjar – Puan. Mampu membuat Indonesia Berdikari.
“Cukup makan, cukup pakaian, cukup sehat, cukup sekolah, cukup papan (red-rumah) seperti diinginkan Bung Karno,” paparnya.
Sebelumnya, hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk “Prospek Partai Politik dan Calon Presiden: Kecenderungan Perilaku Politik Pemilih Nasional” yang dirilis secara online pada Selasa, 28 Desember 2021 di Jakarta menyebutkan,
dukungan publik pada PDIP yang mengungguli partai-partai lain tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Joko Widodo dan Ganjar Pranowo.
Survei SMRC ini dilakukan pada 8-16 Desember 2021 melalui tatap muka atau wawancara langsung. Jumlah sample awal 2420 yang dipilih secara acak (multistage random sampling) dari seluruh populasi Indonesia yang berumur minimal 17 tahun atau sudah menikah. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 2062 atau 85%. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 2,2 % pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).
Direktur Eksekutif SMRC, Sirojudin Abbas, dalam presentasinya menunjukan bahwa, dukungan publik pada PDIP bertahan pada posisi teratas dengan 25,2 persen suara. Angka ini membuat PDIP menjadi satu-satunya partai dengan elektabilitas yang melampaui perolehan suara pada Pemilu 2019, 19,3 persen.
Menurut Abbas, kenaikan suara PDIP yang signifikan, dari 14,03 persen pada Pemilu 2009 ketika Jokowi belum muncul dalam politik nasional menjadi 19,3 persen pada Pemilu 2019, dan cenderung bertahan bahkan menguat di posisi teratas ditunjang oleh kepuasan atas kinerja Presiden Joko Widodo dan kesukaan publik pada Ganjar Pranowo sebagai kader PDIP.
Abbas menunjukkan bahwa, pemilih Jokowi menjelang 2014 dibanding pemilih tokoh lain jauh lebih banyak yang memilih PDIP. Pemilih yang puas dengan kinerja Presiden Jokowi setelah Pemilu 2014 jauh lebih banyak yang memilih PDIP dibanding dengan yang tidak puas. Narasi ini bersandar pada grafik berikut:
Abbas, melalui survei eksperimental, selanjutnya membuktikan bahwa PDIP tanpa Jokowi pada Pemilu 2014 akan mendapat suara kurang dari 14 persen.
Hal serupa terjadi pada Pemilu 2019, Jokowi memberi pengaruh positif dan signifikan pada elektabilitas PDIP. Tanpa Jokowi, partai ini akan mendapat suara kurang dari hasil Pemilu, 19,3 persen.
Di samping Presiden Jokowi, PDIP sekarang punya tokoh yang disukai pemilih, yakni Ganjar Pranowo. Kuatnya PDIP dalam tahun terakhir terakhir tidak bisa dipisahkan dengan Ganjar Pranowo. Sebesar 46 persen pemilih PDIP beririsan dengan pemilih Ganjar Pranowo, dan hanya 10 persen yang beririsan dengan Puan Maharani. Hal ini bisa dibaca dalam grafik berikut.
“Pemilih Ganjar dibanding tokoh lain bila maju sebagai calon presiden jauh lebih berhubungan dengan pemilih PDIP,” tegas Abbas. (Red).