Budayawan: Kemarahan Warga Sunda dan Kalimantan Bisa Dipahami

 

Tangerang – ekpos.com – Budayawan, Uten Sutendy memahami ekspresi kemarahan masyarakat
Sunda dan Kalimantan terkait adanya sikap arogan anggota DPR, Arteria Dahlan dan aktivis media sosial, Edy Mulyadi sebagaimana disiarkan di berbagai media belakangan ini.

Dalam perbincangan dengan wartawan di Tangerang Banten, Jum’at (28/1/2022), Uten mengingatkan perlunya semua pihak menghargai nilai-nilai luhur adat dan budaya bangsa, dan siapapun yang tidak menghargai adat bangsa sendiri pantas untuk mendapatkan sanksi sosial dan politik yang setimpal untuk pembelajaran.

Budayawan yang telah menulis beberapa buku dan novel tentang kearifan lokal Nusantara itu mengemukakan keterangan tersebut menanggapi fenomena viralnya ekspresi kemarahan masyarakat Sunda dan Kalimantan terkait adanya arogansi anggota DPR Arteria Dahlan dan aktivis medsos Edy Mulyadi sebagaimana mereka tampilkan dalam kesempatan terpisah.

Uten menilai, Arteria tidak mengerti makna dari kata Sunda yang di dalamnya
mengandung nilai-nilai peradaban luhur yang sangat tua, dan Edy tidak memahami nilai-nilai luhur adat lokal Kalimantan yang selama ini berjasa menjaga keseimbangan ekosistem alam.

Arteria dan Edy juga dinilai tidak paham makna nasionalisme Indonesia yang di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur bahasa, adat, dan kearifan lokal dari berbagai suku bangsa Nusantara.

“Oleh karena itu, siapapun yang mengaku warga Indonesia, apalagi mengaku kaum elit negeri ini harus bisa saling menghargai dan menghormati bahasa dan adat istiadat masing-masing suku bangsa,” tegasnya.

Namun demikian, budayawan yang sebelumnya berprofesi sebagai jurnalis itu mengajak masyarakat
Idonesia untuk menyikapi fenomena munculnya kemarahan para tokoh dan masyarakat adat di tanah air dengan sudut pandang yang positif.

“Terlepas siapa dan apa yang memicunya, kemarahan masyarakat itu menunjukkan bahwa munculnya kesadaran eksistensial dari kaum adat saat ini makin kuat dan mengental,” kata penulis novel “Baiat Cinta di Tanah Baduy” itu.

Selama ini, menurut dia eksistensi kaum adat dan kearifan lokal Nusantara kurang mendapatkan perhatian, bahkan sebagian besar elit negeri ini cenderung mengabaikannya, seolah-olah nilai-nilai adat dan kearifan lokal bangsa tidak ada atau dianggap sudah mati.

Uten juga mengemukakan, sikap arogan politisi Arteria Dahlan yang dianggap menghina orang Sunda dan perilaku aktivis medsos, Edy Mulyadi yang dianggap menghina orang Kalimantan hanya gambaran kecil dari sekian banyak sikap para elit negeri ini yang kurang menghargai adab dan adat serta kearifan bangsa sendiri.

Karena itu sangat wajar, masyarakat Sunda dan Kalimantan marah, dan kemarahan mereka itu juga merupakan ekspresi kekesalan dan kekecewaan rakyat terhadap kenyataan bahwa bagaimana mungkin para elit politisi bisa mempertontonkan sikap bodoh di ruang publik.

“Dengan kejadian ini, mari kita ambil hikmahnya bahwa bangsa ini sudah saatnya balik ke hulu dan ke akar. Di hululah kejernihan dan kemurnian nilai-nilai kehidupan masih terpelihara, dan dengan akarlah kita sebagai bangsa akan tumbuh besar dan kuat. Akar dan hulu itu adalah nilai-nilai adat dan budaya bangsa kita sendiri,” kata Uten. (Red).

Teks foto: Budayawan Uten Sutendy (Foto: Istimewa).

Total
0
Shares
Previous Article

Dialog Kebangsaan, Pangdam IV/Diponegoro Ingatkan Pentingnya Menjaga Kebhinekaan Bangsa

Next Article

Tausyiah Ketua Fraksi PAN, H. Eep Jamaludin: Penyakit Hati dan Cara Mengobatinya

Related Posts