Oleh: Djafar Badjeber
Jakarta – ekpoa.com – Mencermati tentang fenomena minyak goreng yang langka dan harganya masih fluktuatif, sungguh sebuah ironi dan miris!!
Bagaimana tidak ironi dan miris, mengingat Indonesia adalah produsen CPO yang kemudian diolah menjadi Refined Bleaching Deodorised (RBD) atau Minyak Goreng.
Para pejabat terkait selalu meng-klaim bahwa cpo / minyak goreng cukup melimpah, bahkan berlebihan. Kalau demikian kemana larinya minyak goreng tersebut sehingga menyusahkan rakyat kita sendiri? Bila di-ibaratkan nasib rakyat kita seperti tikus mati di lumbung padi !!
Kalau produksi melimpah dan berlebihan, lantas kemana larinya minyak goreng tersebut?
Apakah diselundupkan, ditimbun atau adanya konspirasi jahat dari para pelaku bisnis cpo dan minyak goreng?
Atau memang sebuah permainan akrobat mengingat disparitas harga dalam negeri dan diluar negeri berbeda jauh.
Memang begitulah mental pengusaha busuk, mereka mendahulukan keuntungan sebesar-besarnya dibandingkan memikirkan kepentingan rakyat sendiri. Memang ini soal rasa, soal nasionalisme. Yang ujung-ujungnya soal profit yang menggiurkan. Mengingat harga cpo saat ini adalah cukup tinggi dan belum pernah terjadi ditahun-tahun sebelumnya.
Hampir semua pejabat terkait mengakui bahwa produksi cpo (red-baca minyak goreng) melimpah. Kalau demikian tentunya Kementerian tertentu tahu distribusinya.
Bila diekspor kemana dan berapa banyak volumenya, serta nama perusahaannya.
Andaipun diselundupkan pasti ketahuan oleh Bea Cukai, Pol Airud dan AL.
Andai yang nakal perusahaan industri dalam negeri, ada Menteri Perindustrian yang tahu persis kebutuhannya.
Setelah mencermati situasi yang tidak terpecahkan ini, penulis yakin se yakin-nya bahwa cpo kita diekspor atau diselundupkan oleh pengusaha kotor, mengingat harga cpo belakangan ini cukup menggiurkan sehingga mereka memperoleh profit yang sangat besar
Atau bisa saja Kementerian terkait diam dan pura-pura tidak tahu? Segala kemungkinan bisa terjadi. Bila hal ini terus terjadi dan tidak bisa diatasi, bisa menjadi boomerang bagi Menteri tersebut serta Pemerintah secara umum.
Coba saudara renungkan apa yang sedang terjadi dimasyarakat kita. Bayangkan ibu-ibu kita antri berjam-jam, saat terik matahari atau bahkan gerimis sekedar untuk membeli 1 atau 2 liter Migor.
Tontonlah ditelevisi dan media sosial bagaimana mak-mak seluruh Indonesia masih terus bertaruh nasib .
Yang lebih miris dan prihatin adalah warga di pulau Sumatera yang nota bene penghasil cpo terbesar juga masih antri untuk membeli migor. Sebuah ironi!!
Kejadian dan kelangkaan migor dan antrian panjang mak-mak ini akan dicatat sejarah!!