Oleh: H Agus Rohmat
Jakarta – ekpos.com – Bagi seorang Islam pedoman dalam beragama adalah Al qur’an dan Al Hadits.
Permasalahannya adalah apakah diri kita sendiri sudah khatam mempelajari tafsir Al Qur’an dan Al hadits tersebut sehingga pemahaman agama kita menjadi Kaffah atau sempurna setidaknya lengkap ?.
Sedikit share supaya kita mendapatkan pemahaman tentang tafsir mari kita ingat kembali saat kota belajar agama.
Berbagai macam tafsir menurut cara pengambilan rujukannya yang harus dipahami oleh seseorang yang ingin menjadi mufassir.
Tafsir bil Ma’tsur atau Tafsir Riwayat
Cara penafsiran ini adalah dengan menafsirkan Al-Qur’an dengan rujukan Al-Qur’an, Hadits dan atau perkataan sahabat (riwayat).
Karena para sahabat Nabi SAW adalah orang-orang yang langsung mendengarkan penjelasan dari Nabi SAW. Sahabat yang paling banyak diambil riwayatnya dalam metode penafsiran Ma’tsurat antara lain Ali ibn Abi Thalib, Ibnu Abbas dan Abdullah ibn Mas’ud.
Metode penafsiran bil ma’tsur ini adalah yang paling aman karena bisa dipercaya, karena merujuk pada ayat Al-Qur’an yang berkaitan makna serta dari riwayat Hadits dari para sahabat. Karenanya, Tafsir Ma’tsur ini hukumnya wajib diikuti dan dijadikan pedoman.
Beberapa Kitab Tafsir yang menggunakan metode bil ma’tsur tersebut, adalah:
Kitab Tafsir Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an atau lebih dikenal dengan nama Tafsir Ath-Thabari.
Kitab ini adalah karya Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yajid bin Katsir ibnu Ghalib Ath-Thabari. Beliau adalah seorang mufassir kelahiran Thabaristan (saat ini masuk wilayah Iran), pada tahun 224 H dan wafat tahun 310 H.
Tafsir Ath Thabari ini menjadi rujukan utama bagi para ilmuwan yang sedang membahas hal-hal yang berkaitan dengan riwayat-riwayat yang bersumber dari Rasulullah SAW maupun sahabat Nabi SAW.
Kitab Ma’allimut Tanzil.
Kitab ini ditulis oleh Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud bin Muhammad Al-Farra’ Al-Baghawi. Beliau merupakan ahli fikih Syafi’iyah yang dijuluki Muhyi as-Sunnah (penghidup sunnah).
Kitab Al-Muharrir Al-Wajiz fi Tafsir Al-Kitab Al-Aziz atau dikenal dengan nama Tafsir Ibnu Athiyah.
Karya Imam Abdul Haqq bin Ghalib bin Abdi Rahman bin Ghalib bin Abdi Rauf bin Tamam bin Abdillah bin Tamam bin Athiyah Al-Andalusi Al-Gharnathi. Kitab Tafsir ini tergolong tinggi derajatnya karena menggunakan metode Al-Ma’tsur dan Ra’yi.
Kitab Tafsirul Qur’anil Adzim atau dikenal dengan Tafsir Ibnu Katsir.
Karya Al-Hafiz Imaduddin Ismail bin Amr bin Katsir Al-Quraysi Ad-Dimasyqi. Beliau adalah ahli Hadits dan Sejarah. Kitab sejarah yang ditulis beliau menjadi rujukan bagi ilmuwan yang sedang mencari rujukan sejarah. Kitab sejarah beliau yang terkenal adalah Al-Bidayah wa An-Nihayah.
Kitab Darul Mansur fi Tafsiri bil Ma’tsur.
Karya Jalaluddin abu Fadhil Abdurrahman bin Abi Bakr As-Suyuthi As-Syafi’i.
Kitab Bahrul ‘Ulum.
Karya Abu La’its Nasr bin Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandhi. Beliau adalah ahli fikih madzhab Hanafi.
Kitab Al-Jawahirul Hisan fi Tafsiril Qur’an.
Karya Abu Zaid Abu Rahman bin Muhammad bin Makhluf Ats-Tsa’labi Al-Jaza’iri Al-Maghribi. Beliau adalah ahli fikih madzhab Maliki.
Kitab Al-Kasyfu wal Bayan ‘an Tafsiril Qur’an.
Karya Abu Ishaq Ahmad bin Ibrahim Ats-Tsa’labi An-Nisyaburi.
Serta beberapa kitab tafsir lainnya.
Tafsir bi Ra’yi atau Tafsir Dirayat
Jenis penafsiran menggunakan metode ini terbagi menjadi dua bagian. Yakni :
Tafsir bi Ra’yi Al-Mahmud (yang dibolehkan)
Metode ini merupakan cara penafsiran Al-Qur’an dengan membolehkannya seorang Mufassir berIjtihad dan menggunakan dasar-dasar dari ilmu ushul (lughah dan syar’i) serta ‘ulumul qur’an.
Di antara kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini, adalah :
Kitab Mafatihul Ghaib atau dikenal dengan nama Tafsir Ar-Razi.
Karya Muhammad bin Umar bin Husain ibnu Al-Hasan bin Ali At-Tamimi Al-Tabaristani Ar-razi (Fakhrudin Ar-Razi).
Kitab Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an atau dikenal dengan nama Tafsir Al-Qurthubi.
Karya Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farh Al-Anshary Al-Khazraji Al-Andalusiy Al-Qhurtubi.
Kitab Madarikut Tanzil wa Haqa’iqut Ta’wil.
Karya Syaikh Al-Alim Az-Zahid Abdullah bin Ahmad An-Nasafi.
Dan beberapa kitab lainnya.
Tafsir Al-Mazhmum (yang terlarang/tercela)
Jenis penafsiran ini merupakan cara menafsirkan Al-Qur’an menggunakan metode Ra’yi namun tidak mendasarkan perujukannya menggunakan ilmu Tafsir, bahkan hanya mengikuti hawa nafsu pengarangnya. Beberapa kitab Tafsir Al-Mazhmum ini adalah :
Tafsir Muktazilah
Di antara kitab-kitab Tafsir Muktazilah ini adalah ; Kitab Tanjihul Qur’an, Kitab Amali Syarif Al-Murtadha, Kitab Al-Kasyaf ‘an Haqa’iq Tanjil wa ‘Uyun Aqawil fi Wujuh At-Ta’wil.
Tafsir Syi’ah
Di antara kitab-kitab Tafsir Syi’ah ini adalah ; Kitab Mir’atul Anwar wa Misykatul Ashrar, Kitab Tafsir Hasan Al-Askari, Kitab Majmu’ul Bayan li ‘Ulumil Qur’an, Kitab Ash-Shafi fi Tafsiril Qur’an, Kitab Tafsir Al-Qur’an dan Kitab Bayan Sa’adah fi Maqamatil Ibadah.
Tafsir Zayidiyah
Di dalamnya terdapat Kitab Tafsir Gharibul Qur’an, Tafsir Ismail bin Ali.
Tafsir Khawarij
Kitab paling terkenal dari Tafsir Khawarij ini adalah Kitab Himyatul Zad ila Daril Ma’ad.
Tafsir bil ‘Isyarah atau Tafsir Isyari
Metode penafsiran Al-Qur’an ini menggunakan isyarat yang lahir dari hasil riyadhah ruhiyah Mufassir nya. Model penafsiran ini termasuk ikhtilaf karena ada sebagian ulama yang melarang, namun ada juga yang membolehkannya.
Tafsir Fuqaha
Model penafsiran ini lebih pada rujukan ayat-ayat yang bersifat kandungan hukum-hukum dalam Al-Qur’an. Mufassir nya pun diambil dari ulama-ulama madzhab yang telah diakui.
Tafsir Kontemporer
Penafsiran jenis ini dilakukan oleh ulama-ulama kontemporer zaman sekarang. Sepanjang mufassir memang telah mampu menguasai beberapa ilmu wajib bagi syarat menafsirkan Al-Qur’an seperti telah disebutkan di atas sebelumnya.
Tafsir Maudhu’i (tematik)
Metode Maudhu’iyah ini dilakukan dengan menyusun ayat-ayat Al-Qur’an sesuai tema atau judul pembahasannya dalam susunan Al-Qur’an. Model penafsiran Al-Qur’an dengan cara ini baru muncul tahun 1960 yang dicetuskan oleh Grand Syaikh Azhar Dr. Mahmud Syaltut.
Di samping memahami Tafsir Al Quran sebagai pedoman hidup beragama kita, maka kita juga harus memahami Sunnah Rasulullah Saw yang di kenal dengal Al Hadits.
6 jenis hadits, mulai dari perkataan hingga Perbuatan Rasulullah SAW
1. Hadits Qauli
Hadits yang berdasarkan segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Rasulullah adalah hadits qauli. Hadits ini berisi berbagai tuntunan, petunjuk syara’, peristiwa, dan kisah yang berkaitan dengan aspek akidah, syariat, maupun akhlak.
2. Hadits Fi’li
Selanjutnya, hadits yang berdasarkan segala perbuatan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW adalah hadits fi’li. Hadits ini mengandung berita tentang perbuatan Rasulullah SAW yang menjadi panutan perilaku para sahabat pada saat itu. Sekaligus, menjadi panduan bagi umat muslim untuk meneladaninya.
3. Hadits Taqriri
Hadits ini mengandung ketetapan Rasulullah SAW terhadap apa yang datang atau dilakukan oleh para sahabatnya. Seperti, sikap Rasulullah yang membiarkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabatnya tanpa mengintervensi atau pun membenarkannya.
4. Hadits Hammi
Jenis hadits selanjutnya adalah hadits yang berupa keinginan atau hasrat Rasulullah SAW yang belum terealisasikan, seperti halnya saat berpuasa tanggal 9 Asyura.
5. Hadits Ahwali
Hadits ahwali pada dasarnya hadits yang tidak mencakup empat hadits sebelumnya. Hadits kategori ini biasanya menceritakan sifat dan kepribadian serta keadaan fisik Rasulullah SAW.
6. Hadits Qudsi
Secara bahasa, qudsi bermakna suci. Sebab itu, hadits qudsi didefinisikan oleh sejumlah ulama sebagai sesuatu yang diberitakan Allah SWT kepada Rasulullah SAW selain Al Quran yang isinya disusun oleh Rasulullah SAW.
Hadits ini juga kerap disebut sebagai hadits Ilahiyah atau hadits Rabbaniyah karena datangnya dari Allah SWT
Kutubus Sittah dalam Bahasa Indonesia berarti ‘Enam Kitab’, adalah sebutan yang digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab induk Hadits dalam Islam. Keenam kitab ini merupakan kitab hadits yang disusun oleh para pengumpul hadits yang kredibel. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh umat muslim dalam merujuk kepada perkataan Nabi Muhammad.
Keenam kitab tersebut adalah:
1. Shahih Bukhari dihimpun oleh Imam Bukhari Shahih
2. Muslim dihimpun oleh Imam Muslim
3. Sunan an-Nasa’i atau disebut juga As-Sunan As-Sughra dihimpun oleh Imam Nasa’i
4. Sunan Abu Dawud dihimpun oleh Imam Abu Dawud
5. Sunan at-Tirmidzi dihimpun oleh Imam Tirmidzi
6. Sunan ibnu Majah dihimpun oleh Imam Ibnu Majah
Mari kita interospeksi diri, sudah berapa banyak Tafsir yg kita pelajari dengan guru kita dan berapa banyak hadits dari Kutubus sittah tersebut yang kita sudah pelajari dan fahami serta apakah kita sudah mengamalkan dengan baik.
Kalau belum mari kita mulai dan kalau masih kurang mari kita teruskan setiap hari membaca dan mamahami serta tanyakan kepada guru yang lebih faham sampai akhir hayat kita.
Ingat Hadits ” Tholabul Ilmu Faridlotun ‘ala kulli muslimin wal muslimat minal mahdi ilal lahdi ”
Mencari Ilmu itu wajib bagi seorang islam laki2 dan perempuan dari lahir sampai ke liang lahat.
Semoga bermanfaat.