Ponorogo – ekpos.com – Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Farid Makruf memberikan ceramah kebangsaannya di Universitas Darussalam (Unida) Gontor yang berlokasi di Jl. Raya Siman, Demangan, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo.
Mengawali ceramahnya, Pangdam bercerita tentang riset yang dilakukannya saat menempuh program doktor di Universitas Tadulako, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
“Di Sulawesi Tengah itu ada budaya yang sangat hebat namanya budaya Tadulako. Dulu orang menganggap Tadulako itu pahlawan perang, ternyata setelah saya melakukan riset selama hampir 6 bulan ternyata Tadulako itu adalah sebuah nilai yang bicara kejujuran, keberanian, kesetiaan, dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian lahirlah para Tadulako Sulawesi tengah yang berani memberantas penjajah,” katanya di hadapan ratusan mahasiswa dan mahasiswi di Auditorium Unida Gontor, Rabu (11/1/2023).
“Saya tulis buku itu setebal kurang lebih 400 halaman dengan harapan untuk membangkitkan nilai itu supaya lestari,” tambahnya.
Selanjutnya, jenderal bintang dua itu menjelaskan, bangsa Indonesia merupakan bangsa besar yang lahir dari berbagai keberagaman. Ada berbagai tongggak sejarah yang terus menyatukan bangsa Indonesia hingga saat ini. Mulai dari lahirnya sumpah pemuda dan lahirnya Pancasila sebagai ideologi negara.
Pangdam pun menyinggung bahwa, bangsa Indonesia diberikan kekayaaan alam yang luar biasa dan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, dirinya mengingatkan, untuk tetap waspada terhadap ancaman dari luar yang ingin bangsa Indonesia menjadi tidak maju, sehingga menjadi ancaman bagi mereka.
Terkait di tengah adanya degradasi moral di kalangan generasi muda saat ini, Mayjen Farid Makruf mengimbau, supaya para mahasiswa dan mahasiswi di Unida Gontor tidak terpengaruh terhadap berbagai budaya dan perbuatan yang negatif.
“Untuk menjaga moralitas anak bangsa yang harus kita perangi antara lain tawuran antar kelompok maupun minuman keras. Tolong adik-adik, jangan sampai kecanduan Miras. Apalagi yang ini, pergaulan sex bebas. Kalau kalian rusak, tidak pernah kalian jadi orang. Saya ingin melihat kalian jadi pemimpin bangsa ini,” terangnya.
Guna terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, Pangdam berpesan, agar jangan pernah merasa diri paling benar, menghargai orang lain, serta mempunyai semangat bela negara.
Menutup ceramahnya, jenderal abituren Akmil 1991 menjelaskan tentang perbedaan dari mengabdi dan bekerja. “Mengabdi itu mengutamakan kewajiban daripada hak. Mengabdi itu lebih banyak menolong, daripada minta tolong. Kalau kita bekerja hanya mencari gaji, itu tidak ada hikmahnya. Kalau kamu mengabdi mendapatkan dua, bekerja sekaligus menolong orang banyak,” urainya.
“Itu harapan saya, kalian nanti akan bekerja dengan tulus, dengan hati dan bertanggung jawab kepada Allah Subhanahu wa ta’ala,” pungkasnya. (Red).