Pendiri Yayasan Al-Misbah Berikan  4 Pesan Moral Kepada Siswa/Siswi MI-MTs Al-Mishbah Tahun 2022/2023

Bandung, ekpos.com

Pendiri sekaligus pembina Yayasan Al-Mishbah,Cipadung, Cibiru, Kota Bandung, Prof.Dr.Ahmad Rusdiana, MM, Memberikan nasihat sekaligus pesan moral kepada para siswa/i yang telah menyelesaikan studinya (lulus) tahun ajaran 2022-2023.

“Seiring berakhirnya tahun pelajaran 2022/2023, maka berakhir juga masa studi kelas VI MI dan kelas VIII MTs dalam perjalanan dan menyelsaikan studi di menengah. Kini anda para lulusan MI-MTS Al-Misbah Cipadung menuju pendidikan lanjutan yang lebih tinggi. Selama menempuh pendidikan di lingkungan pendidikan Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung tentu saja banyak cerita yang penuh makna yang tidak akan dialami kembali ketika menempuh pembelajaran di pendidikan tinggi, tidak terkecuali kenangan bersama para guru. Kesabaran guru dalam membimbing, nasehat yang penuh makna, teladan yang baik dan banyak lagi peran penting pendidik untuk Ananda selama menempuh pendidikan, itu merupakan sebagai bentuk kasih sayang.” Ungkap Rusdiana, dalam pers liris yang diterima Ekpos.com, Minggu,10 Juni 2023.

Menurut A.Rusdina, tidak ada pesan yang pantas untuk  yang baru menyelesaikan studinya. Teruslah belajar, dimana pun, kapan pun dan dari siapa pun. Belajar tidak identik dengan sekolah/madrasah, dari kehidupan nyata pun kita bisa belajar. Perbedaan belajar di sekolah/madrasah dan di kehidupan nyata hanya pada dua kata yang prosesnya dibalik.

“Ketika belajar di Madrasah, kita melakukan belajar terlebih dahulu, kemudian diberikan ujian untuk melihat hasil belajar yang dilakukan. Sementara dalam kehidupan nyata, kita diberikan ujian terlebih dahulu, kemudian kita belajar dari ujian yang kita hadapi”. Ujar Rusdiana yang juga guru besar Manajemen Pendidikan ini.

Sebab itu, lanjut Ia memberikan lima pesan moral kepada anak didiknya, agar terus mencari ilmu kapan dan dimanapun.

Inilah 4 Pesan moral untuk dijadikan  pegangan:

Pertama: Mencari ilmu sepanjang hayat dan Terus belajar meski telah memiliki ilmuSaid bin Jubair pernah berkata “bahwa kita tidak belajar hanya karena dia tidak tahu, tetapi kita belajar melampaui apa yang kita pikir sudah kita ketahui. Orang yang bertakwa bukanlah orang yang merasa sudah memiliki ilmu, tetapi orang yang bertakwa selama orang tersebut terus belajar. Pada saat dia berhenti belajar, pada saat itu dia bukan lagi orang yang shaleh”.

Kedua: Belajar sepanjang hayat, bisa kita lakukan kepada siapa saja. Bahkan kepada orang yang tidak tahu, dengan lingkungan bahkan dengan alam sekitar. Imam Syafii pernah menyebutkan “bahwa jatuhnya seseorang itu ketia dia merasa hebat, maka jika seseorang merasa alim dan berilmu, maka tunggulah saat kejatuhannya”.

Imam Ahmad pernah berkata “bahwa kebaikan ilmu tiada tandingnya jika ilmu yang dicari dimaksudkan untuk menghilangkan kehilangan, terutama kehilangan diri terlebih dahulu”. Inilah kemaslahatan terbesar bagi orang yang mencari ilmu, yaitu memperkuat kelemahannya sendiri. Untuk hal itu, Rasulullah bersabda;

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أوَْ مُسْت َمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ

“Nabi bersenang-senang,” Jadilah kamu (1) orang berilmu, atau (2) orang yang menuntut ilmu, atau (3) orang yang mau mendengarkan ilmu, atau (4) orang yang menyukai ilmu. Dan (5) janganlah kamu menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka.” HR: Baihaqi).

Ketiga: Mencari ilmu sepanjang hayat da tetap mencari ilmu meski usia belum muda;  Sebab Baginda Nabi melarang umatnya untuk tetap mencari ilmu sepanjang hayat. Itulah sebabnya Baginda Rasulullah menjelaskan dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Ibn Abd al-Barr bahwa “mencari ilmu pengetahuan itu merupakan kewajiban ke atas setiap Muslim”.

Kewajiban mencari ilmu itu seharusnya difahami sebagai suatu proses pencarian ilmu sepanjang hayat dan tidak terbatas pada waktu atau umur tertentu. Beberapa ulama besar bahkan baru belajar di usia yang sudah berumur.

  • Ibnu Hazm, mulai belajar fikih di usia menginjak 26 tahun. Beliau belajar ilmu fikih kepada Abu Abdillah bin Dahun. Gurunya itu pertama kali mengenalkan kitab Imam Malik, al-Muwatho’. ( Sair A’lam an Nubala ).
  • Imam Al-Qoffal mendalami ilmu fiki pada usia 30 tahun. Tokoh Mazhab Syafi’iyah ini akhirnya dijuluki . Al -Qoffalartinya pembuat kunci. Hal ini karena beliau sejak muda ahli membuat kunci. ( Sair A’lam an Nubala ).
  • Zakariya Al-Anshari, seorang ahli fikih yang karyanya menjadi rujukan banyak ulama ternyata baru belajar fikih saat menginjak usia 26 tahun. Imam Kisai, seorang ulama besar ahli nahwudan qiro’ah baru belajar di usia 40 tahun bahkan mampu menghadapi lima permasalahan setiap hari.
  • Imam Abu Fattah al-Muni’i. Kisah dan kisah ulama yang satu ini begitu menginspirasi, selain sebagai ulama yang sangat luas pengetahuannya, ia juga memiliki kisah belajar di usianya yang sudah mendekati senja.
  • Imam Izzuddin bin Abdissalam yang dijuluki sulthanul ulama’(rajanya ulama) mempelajari ilmu fikih di usia sudah dewasa. Karena kesulitan ekonomi, Izzudin memilih menimba ilmu daripada bekerja. Beliau akhirnya tinggal di tempat pengajian dan ditugasi menata serta mempersiapkan majelis ilmu. Dengan kebiasaan itu, dia akhirnya terbiasa mengikuti pengajian dan belajar secara sungguh-sungguh. ( At-Thabaqat as-Syafi’iyyah ).
  • Imam Hammad bin Sulaiman, salah satu sosok berpengaruh di balik kealiman Imam Abu Hanifah an-Nukman, yang kemudian menjadi pelopor keberadaan Mazhab Hanafiyah ini juga dikenal sebagai tabi’in ,orang-orang yang masih menjumpai sebagian dari para sahabat nabi. Meski berlatar belakang seorang budak, beliau akhirnya dikenal sebagai salah satu pembesar para ulama ( kibaru al-ulama ) di kota Naisabur. Imam Hammad bin Sulaiman adalah salah satu ulama yang masuk dalam daftar telat belajar dan akhirnya berhasil menguasai ilmu cabang-cabang.
  • Syeikh Taqiyuddin al-Ghazzi, mengatakan: “Imam Hammad bertemu dengan kumpulan manusia, kemudian ia belajar fikih di usia tua.” ( Thabaqatu as-Sunniyah fi Tarajimi al-HanafiyahMaktabah asy-Syamilah Aliya , halaman 265).

Begitulah ciri seorang mukmin sejati, tiada lelah mencari belajar dan tetap mencari ilmu sepanjang hayat, meski nyawa di ujung badan.

Keempat: Teruslah Berkarya, Berkarya lah dan jangan menunggu kompeten, karena berkarya tidak identik dengan kompetensi atau gelar. Kita sebagai manusia sudah dianugrahi keunggulan dan potensi yang luar biasa, berkaryalah dengan potensi dan keunggulan yang kita miliki. Sekecil apa pun karya kita, lebih baik daripada sekadar diam tak bergerak dengan potensi kita.

Oleh sebab itu, jadilah pribadi yang mampu menebar manfaat untuk orang banyak, karna sebaiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Untuk menjadi pribadi yang bermanfaat perlu ada aksi nyata yang dilakukan, sekecil apapun tindakan yang kita lakukan, selama mampu memberi manfaat bagi banyak orang, maka tindakan tersebut akan menjadi tindakan besar bagi yang memanfaatkan manfaat.

“Selamat atas kelulusan MI-MTs Al-Mishbah Cipadung. Masa depan tidak memeiliki janji, melaikan misteri dan kejutan. Apa yang telah Anda pelajari akan mempersiakan Anda untuk deduanya. Selamat dan semua yang terbaik untuk masa depanmu!” pungkas nya.***

Total
0
Shares
Previous Article

Reza Muhamad Irvan, Lepas Tim Sepakbola Persikas Oldstar FC di Semanan

Next Article

Sukses di Kejurnas " 2nd Magelang Championship 2023", Komandan Batalyon Kavaleri 2/Turangga Ceta: Pertahankan dan Tingkatkan

Related Posts