Jakarta – ekpos.com – Bangsa Indonesia sebagai bangsa multi etnis, harus dibebaskan dari segala diskriminasi etnis. Banyak warga Tionghoa yang ikut berjuang membebaskan negeri ini dari penjajahan di masa lalu.
Budayawan yang berkomitmen kebangsaan Erros Djarot menyerukan hal itu dalam sambutannya di acara deklarasi Bhineka Tionghoa Nasionalis Indonesia (BTNI).
Erros menyebut, sejumlah orang Tionghoa turut berjuang dalam memerdekaan Indonesia. Mereka di antaranya, Djiaw Kie Siong, pemilik rumah di Rengasdengklok, Karawang Jawa Barat, yang digunakan Soekarno dan Hatta untuk menyusun naskah teks proklamasi pada 16 Agustus 1945.
Tepat hari Kamis sore, setelah peringatan hari ulang tahun kemerdekaan RI, 17 Agustus 2023, masyarakat Tionghoa Indonesia mendeklarasikan sebuah wadah bernama Bhineka Tionghoa Nasionalis Indonesia (BTNI).
Organisasi itu dibentuk, menurut ketuanya, Vincen Djaya Saputra, untuk ikut berkontribusi pada kemajuan Indonesia yang berdaulat.
Deklarasi BTNI berlangsung di kantor GBN, Jalan Penjernihan, Jakarta Pusat.
Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Bambang Soesatyo, budayawan yang peduli pada kebangsaan Erros Djarot, Wakil Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Yono Hartono, Ketua BTNI, Vincen Djaya Saputra dan sejumlah tokoh masyarakat Tionghoa dari berbagai kalangan.
Dalam BTNI, Erros ditempatkan di pos strategis yaitu ketua dewan pertimbangan BTNI.
Dalam sambutannya di depan Bambang Soesatyo saat BTNI dideklarasikan, Erros yang tampak egaliter menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari yang membuat hadirin kaget dan tertawa.
“Tolong tertibkan momongan sampean. Wong yang namanya presiden itu adalah momongan sampean sebagai ketua MPR RI,” kata Erros yang disambut “gerr” tawa hadirin. (Red).