Oleh: Ahmad Rusdiana
Ladang yang paling ideal untuk dijadikan contoh hidup di dunia adalah Nabi Muhammad SAW utusan Allah terakhir sebagai pamungkas para nabi yang semua sifat-sifatnya sangat mulia. Bahkan Allah memuji kemuliaan dan keluhuran etikanya dalam bersosial dengan masyarakat Makkah saat itu. Beliau telah sukses dalam menyebarkan ajaran Islam di muka bumi ini. Oleh karena itu, pada momentum Shalat Jumat ini, mari kita renungkan segala sifat mulia Rasulullah untuk kita teladani dan kita tiru bersama, khususnya yang masih dalam suasana/bertepatan dengan Bulan Rabiul Awal (Maulid), yang diyakini sebagai bulan kelahirannya Nabi Muhammad SAW. Dengan harapan, semoga kita semua bisa menjadi umat yang dibanggakan dan dirindukan olehnya, sehingga bisa berada di bawah naungan syafaat nya kelak di hari kiamat, Amin.
Salah satu sifat Rasulullah adalah sebagaimana tergambar dalam surat At-Taubah ayat 128, Allah SWT berfirman:
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Artinya: Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Ada 4 sifat dan karakter mulia nan agung dari Nabi Muhammad SAW yang tergambar pada Surat At-Taubah ayat 128, ayat di atas, yaitu: (1) Azizun, (2) Harishun, (3) Raufun, (4) Rahimun.
Pertama, azizun (berat terasa olehnya) maksud dari azizun yang memiliki arti berat terasa olehnya adalah bahwa semua kesengsaraan, kesusahan, kesedihan dan hal-hal pahit lain yang dirasakan umat islam juga dirasakan oleh Nabi Muhammad. Ia merasakan semua itu sebelum dirasakan oleh umatnya, bahkan semua waktu waktu yang ia miliki hanya di gunakan untuk untuk memikirkan umatnya. Tidak hanya di dunia, Rasulullah juga selalu disibukkan dengan urusan urusan umatnya ketika di akhirat.
Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Mutawalli As- Sya’rawi dalam kitab tafsir wa khawathir juz 1 halaman 593, ketika semua umat manusia dikumpulkan di mahsyar (tempat berkumpulnya manusia setelah dibangkitkan dari kubur). Saat itu terik matahari begitu panas, api neraka berkobar, hisab amal kebaikan dan keburukan tak kunjung selesai. Di saat yang bersamaan, semua manusia dalam keadaan yang sangat bingung. Satu persatu manusia meminta pertolongan kepada Nabi, namun mereka enggan untuk memberikan pertolongan. Mereka justru sibuk dengan urusan nasibnya sendiri. Akan tetapi hal itu tidak dengan Rasulullah. Ditengah panasnya matahari dan kobaran api neraka yang yang terus membesar, ia justru bersujud kepada Allah dengan berkata: “Allahumma ummati, ummati, ummati, Ya Allah, umatku, umatku, umatku”. Sambil menangis. Melihat Rasulullah menangis dengan keadaan bersujud Allah berkata kepada malaikat jibril, “Pergilah kepada Muhammad, kemudian tanyakan apa penyebab dia menangis.”Seketika itu malaikat Jibril langsung pergi untuk mendatangi dan menanyakan alasan Rasulullah di balik keinginan dalam sujud dan tangisannya. Belau menjawab, “Allah lebih tahu penyebab semua ini.” Mendengar jawaban Rasulullah Jibril langsung menuju Allah untuk menyampaikan jawabannya. Setelah disampaikan Allah berkata kepada Jibril,
“فَقُلْ: إِنَّا سَنُرْضِيْكَ فِي أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوْؤُكَ”
Artinya: “maka katakanlah, sungguh kami (Allah) akan membuatmu ridha, dan kami tidak akan menyakitimu.”
Kedua, harishun (sangat menginginkan keimanan); Salah satu sifat mulia dalam diri Rasulullah adalah terdapat keinginan yang sangat besar agar semua umat manusia berada dalam keimanan dan cahaya hidayah, serta jauh dari bentuk kemusyrikan, ambisinya yang sangat tinggi dalam mengajak manusia untuk memeluk ajaran Islam sangat tampak dari berbagai sepak terjangnya yang ia lewati. Misalnya, ketika rintangan datang silih berganti, permusuhan, fitnah yang bertebaran, serangan dan ancaman yang selalu berdatangan tidak plantas mempengaruhi semangatnya dalam berdakwah dan melakukan upaya untuk menunjukkan jalan yang benar kepada semua manusia.
Ketiga dan keempat, raufun rahim (penyantun dan penyayang). Selain sifat sifat luhur yang telah disebutkan, dalam diri Rasulullah juga terdapat sifat yang sangat mulia, yaitu sebagai sosok yang sangat penyantun dan penuh kasih sayang. Imam al-baghawi dalam tafsirnya Ma’alimut tanzil mengutip salah satu pendapat ulama bahwa kasih sayang dan sikap santun Rasulullah tidak hanya kepada umat Islam yang taat saja namun juga kepada mereka yang sering berdosa dengan banyak melakukan maksiat, imam al-baghawi mengatakan,
قِيْلَ رَؤُوْفٌ بِالْمُطِيْعِيْنَ رَحِيْمٌ بِالْمُذْنِبِيْنَ
Artinya, “dikatakan, (bahwa Rasulullah) penyantun kepada orang-orang yang taat, dan penyayang kepada orang-orang yang berdosa.”
Itulah empat sifat mulia Rasulullah yang harus kita teladani bersama yang tergambar dalam surat At-Taubah ayat 128. Beliau, merupakan referensi yang sempurna bagi umatnya, dan menjadi contoh yang mulia bagi mereka yang hendak memperbaiki dirinya. Oleh karena itu, pada kesempatan shalat jumat ini, mari kita mulai berbenah diri untuk berubah menjadi orang-orang yang lebih baik dan lebih mulia dengan cara meneladani empat sifat Rasulullah khususnya di bulan Rabiul Awal ini. Walahu A’lam Bishowab
*Penulis adalah Pakar Manajemen Pendidikan dan Guru Besar FTK UIN SGD Bandung