Inilah Tiga Jalan Menuju Fitrah Setelah Ibadah Ramadhan

Oleh : A.Rusdiana

Pada hari ini kita ucapkan selamat tinggal bulan Ramadhan tahun 1445 H. Tidak ada lagi yang dapat kita harapkan kecuali Ramadhan tahun yang akan datang, itupun jika kita masih diberi kesempatan untuk hidup di muka bumi yang fana ini, jika tidak, Ramadhan yang telah di lalui adalah merupakan Ramadhan terakhir bagi kita.


Pada hari kemenangan ini tak ada kata yang lebih indah, suci dan mulia yang patut kita ucapkan kecuali” Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, “Barakallahu Fiikum”, “Semoga Allah menerima amalku dan amalmu”, “semoga Allah memberkahi kepada kalian”,

Dengan berakhirnya bulan Ramadhan yang suci dan mulia ini, bukan berarti selesailah tugas dan kewajiban kita baik terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia, namun masih terhampar tugas dan kewajiban kita yang harus kita lakukan. Untuk menjadikan kita orang yang menang dan kembali kepada fitrah ada beberapa kewajiban yang harus kita lakukan:

Pertama puasa Ramadhan dengan benar sesuai dengan tuntunan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasulnya, sebab apabila puasa Ramadhan telah kita lakukan sesuai dengan tuntunan maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kita sesuai dengan hadis rasulullah: Dari Abu Hurairah Ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim No. 860).

Yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. (Lihat Fathul Bari, 4: 115).

Kedua membayar zakat fitrah. Zakat fitrah merupakan kewajiban bagi kaum muslimin di akhir Ramadhan dan juga berfungsi untuk membersihkan orang-orang yang berpuasa dari segala hal yang dapat mengurangi nilai-nilai amalan Ramadhan, serta dapat membantu para fakir-miskin. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.

Artinya: dari Ibnu Abbas ia berkata: Rasulullah SAW. telah mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan perkataan yang kotor, dan untuk memberi makan fakir-miskin dan barang siapa melaksanakannya sebelum shalat Idul Fitri maka itulah zakat yang diterima, dan barang siapa yang menunaikannya setelah shalat Idul Fitri maka merupakan shadaqah biasa. (HR.Abu Daud dan Ibnu Majah).

Ketiga; Silaturrahmi/Saling maaf-memaafkan; Setelah menunaikan puasa dan zakat fitrah sesuai dengan tuntunan yang telah ditetapkan, maka berarti kita sudah memenuhi sebagian persyaratan untuk kembali kepada fitrah. Namun masih ada persyaratan yang Ketiga Saling maaf-memaafkan. Setelah berakhir puasa Ramadhan dan ditutup dengan zakat fitrah maka insya Allah semua dosa kita dapat diampuni oleh Allah, sehingga kita kembali bersih laksana bayi yang baru lahir dan kertas yang belum kena tinta. Tetapi dosa terhadap sesama manusia Allah tidak akan mengampuni sebelum diantara keduanya saling maaf-memaafkan.

Walaupun saling maaf-memaafkan tidak harus menunggu akhir ramadhan, kapan saja saja bila kita bersalah wajib saling maaf-memaafkan. Rasulullah SAW telah banyak mendorong umat muslim untuk bersikap pemaaf pada orang lain melalui contoh perbuatannya semasa hidup. Dikisahkan dari istri Rasulullah SAW, Aisyah, pernah ditanya tentang akhlak

Artinya: “Rasulullah  bersabda, “Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada.”

Hadis lainnya: Artinya:”Beliau tidak pernah berbuat jahat, tidak berbuat keji, tidak meludah di tempat keramaian, dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan. Melainkan beliau selalu memaafkan dan memaklumi kesalahan orang lain,” (HR Ibnu Hibban).

Selain itu, sikap pemaaf yang harus dimiliki umat muslim secara tegas dijelaskan dalam firman-Nya surah Al A’raf ayat 199.

Rasulullah SAW, maka dia menjawab,

Artinya: “Rasulullah  bersabda, “Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada.”

Hadis lainnya: Artinya:”Beliau tidak pernah berbuat jahat, tidak berbuat keji, tidak meludah di tempat keramaian, dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan. Melainkan beliau selalu memaafkan dan memaklumi kesalahan orang lain,” (HR Ibnu Hibban).

Selain itu, sikap pemaaf yang harus dimiliki umat muslim secara tegas dijelaskan dalam firman-Nya surah Al A’raf ayat 199.

Artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (QS. Al A’raf [199:7).

Timbul pertanyaan, kepada siapa kita harus saling maaf-memaafkan?

Pertama; Kepada suami-Istri. Setelah berakhir bulan ramadhan tidak menutup kemungkinan banyak kesalahan antara suami-istri, maka tidak ada jalan lain kecuali kita saling maaf memaafkan, atas semua kesalahan yang pernah kita lakukan, baik disengaja maupun tidak sengaja.

Kedua: Kepada kedua ibu bapak. Mari kita sambut kedua tangan ibu-bapak kita, seraya kita bersimpuh dihadapannya mohon maaf lahir dan bathin atas semua kesalahan yang pernah kita lakukan selama ini terhadap orang tua kita. Jangan kita berbangga dengan kehebatan dan kesuksesan kita, karena kesuksesan kita tidak lepas dari doa dan ridho kedua orang tua kita. Ingatlah dari mana kita dilahirkan dan di besarkan. Kehidupan kita tidak akan pernah mendapat ridho dari Allah jika gerak dan langkah kita tidak diridhoi oleh orang tua kita. Karena ridha Allah tergantung kepada ridha kedua ibu-bapak kita. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Artinya: Ridha Allah tergantung ridha kedua ibu-bapak dan murka Allah tergantung kepada murka ibu bapak. (HR.At-Tirmizi).

Oleh karena itu tidak sepantasnya kita melupakan keduanya. yang telah mengandung, melahirkan dan menyusui kita, serta yang telah mendidik kita sampai dewasa. Dan bagi kita orang tua yang sudah tiada, tidak ada langkah lain kecuali kita bermohon kepada Allah semoga dosa dan kesalahan mereka dapat diampuni dan dimaafkan oleh Allah SWT. Dan terhindar dari siksaan kubur dan api neraka serta dimasukan ke dalam syurga- Nya.

Ketiga: Kepada sesama di mana kita berada. Hadhirin Rahimakumullah. Sebelum melaksanakan puasa Ramadhan bangsa Indonesia, baru saja melaksanakan Pemilihan Umum untuk memilih Pemimpin dan wakil-wakil kita baik di daerah maupun tingkat pusat. Tentu pada waktu pemilihan umum yang telah lalu, pastilah ada diantara kita berbeda pilihan dan dukungan, oleh karena itu, mari kita setelah berakhir Ramadhan ini, kita saling maaf memaafkan, mari kita hilangkan rasa dendam diantara kita, kita tinggalkan lembaran lama yang penuh dengan noda dan dosa, mari kita buka lembaran baru, insya Allah hari kemenangan dapat kita raih, sehingga kembali suci bagaikan bayi yang baru lahir dan kertas yang belum kena tinta.

Kita menginginkan hari kemenangan ini tidak hanya dirayakan oleh orang-orang kaya saja, akan tetapi orang-orang fakir-miskin juga merasakan nikmatnya hari kemenangan ini, sebagaimana yang kita rasakan pada saat ini. Oleh karena itu mari kita luruskan pandangan kita terhadap para fakir-miskin dan anak terlantar, mereka semua mengharapkan uluran tangan dari kita, jangan biarkan mereka terombang-ambing dalam kesedihan yang hanya ditemani tetesan air mata, mengharapkan bantuan dari kita semua.

*Artikel,merupkan esensi dari khutbah Idul Fitri,1 Syawal 1445 H/10 April 2024.

*Penulis adalah Guru besar  Manajemen Pendidikan,FTK UIN SGD Bandung.

Total
0
Shares
Previous Article

Dandim Bersama Bupati dan Jajaran Forkompimda Kabupaten Demak, Cek Pos Pam Lebaran 2024

Next Article

Babinsa Koramil 0801/10 Punung Amankan Kegiatan Pilkasun

Related Posts