Oleh: A.Rusdiana
Momen Ahad 10 Nopember 2024 M/6 Jumadi ‘Ula 1446 H. Seluruh elemen Bangsa Indonesia akan memperingati hari pahlawan, tujuannya tidak lain sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa para syuhada yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Tanggal 10 November menjadi saksi perjuangan kaum muslimin yang mencintai Indonesia sebagai tanah airnya, dengan mempertahankan kedaulatan sampai titik darah penghabisan. Pekik takbir menggema dari lisan para pejuang di sepanjang pertempuran.
Tentara Belanda bersekutu dengan Inggris kala itu datang kembali ke Tanah Air untuk menjajah. Mereka mendarat di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Dua jenderal mereka, Brigadir Jenderal AWS Mallaby dan Brigadir Jenderal Guy Loser Symonds, tewas dalam waktu yang berdekatan. Tewasnya kedua jenderal membuat murka pasukan sekutu. Mereka tidak pernah mengalami ada dua jenderal sekaligus yang mati begitu cepat, bahkan dalam pertempuran di Eropa dan Pasifik. Pekik takbir yang digelorakan oleh Bung Tomo membakar semangat Laskar Hizbullah dan Sabilillah untuk berjihad membela tanah air dengan memerangi pasukan yang akan menjajah.
Harian Kedaulatan Rakjat yang terbit di Yogyakarta tanggal 7 November 1945 menurunkan tajuk utama, “60 Milijoen Kaoem Moeslimin Siap Berdjihad.” Dari perjuangan para pahlawan ini, terkandung nilai-nilai yang mesti kita lestarikan dan amalkan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang harus menjiwai diri kita dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan, nilai-nilai yang menjadi pondasi dalam mengukir amal shaleh sebagai hamba Allah yang diberi nikmat kemerdekaan. Sungguh, jika kita mampu meneladani para mujahid fi sabilillah ini kita akan meraih kebaikan di dunia dan akhirat.
Nilai Dasar Perjuangan yaitu :
Pertama Istiqamah; Sikap istiqamah menjadi landasan utama yang dilalui oleh para pejuang yang rela mengorbankan harta dan jiwanya. Mereka tidak tergiur oleh tawaran dan negoisasi yang sarat kepentingan pihak musuh. Mereka tidak silau dengan iming-iming para penjajah berupa harta dan materi sebagai ganti dari mengangkat senjata. Sikap istiqamah ini telah diamanatkan oleh Allah melalui Rasul dalam firman-Nya :
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS: Huud [11]: 112).
Sikap istiqamah ini harus mewarnai perjalanan spiritual kita. Istiqamah harus kita tanamkan di dalam ibadah, syariah, akhlak, ilmu, dan perjuangan di jalan Allah.
Kedua Berani: yang harus kita rawat dari perjuangan para pahlawan adalah memiliki sifat berani dalam membela kebenaran, berani dalam mempertahankan kebenaran, dan berani dalam menghadapi berbagai rintangan serta hambatan. Perbedaan yang sangat jauh antara jumlah dan kualitas persenjataan yang dimiliki oleh pihak musuh dengan para pejuang, tentu menjadi tantangan tersendiri. Namun tidak berarti mengendurkan semangat apalagi merontokkan keberanian mereka dalam memerangi para penjajah. Dengan bermodalkan senjata bambu runcing dan persenjataan lainnya, para mujahid ini pantang menyerah dalam berjuang. Mereka memandang menang dan kalah dalam sebuah perjuangan adalah hak Allah yang memutuskannya.
Tugas kita hanya berjuang. Selebihnya kita serahkan hasil perjuangan dalam keputusan Allah. Hal inilah yang menimbulkan semangat tak gentar. Para pejuang tetap lantang menantang musuh yang datang dengan fasilitas persenjataan yang dimiliki.
Keberanian semacam ini sudah diajarkan oleh Rasul kepada kita. Di saat beliau dan Sayidina Abubakar Ash-Shiddiq bersembunyi dari kejaran musuh di gua Tsur, beliau berkata kepada Abubakar,
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS.At-Taubah [9] : 40)
Sabar dalam menanam benih kebaikan: Apa yang kita rasakan dan nikmati hari ini adalah buah dari kesabaran para mujahidin dalam menanam pohon yang bernama pohon perjuangan. Mereka sabar dalam menghadapi kesusahan hidup akibat diburu oleh musuh yang berkekuatan besar. Mereka sabar dalam mengarungi medan perjuangan yang berliku-liku.
Seandainya mereka kehilangan kesabaran mungkin kita tidak bisa menikmati apa yang pernah mereka tanam dalam mengisi kemerdekaan. Tidak ada batas dalam bersabar sebagaimana tidak ada batas dalam pahala bagi orang-orang yang bersabar. Allah berfirman:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS: Az-Zumar [39]: 10).
Begitu agungnya amalan berupa sikap sabar ini, sehingga Allah pun membersamai orang-orang yang sabar. Firman-Nya:
“Dan bersabarlah! Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal [8]:46).
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah bersama kita yang sabar. Jika kita jauh dari sabar berarti kita jauh dari Allah . Jauh dari Allah artinya jauh dari rahmat dan perlindungan-Nya. Dengan kita memiliki kesabaran, Allah akan bersama kita, Allah akan anugerahkan pahala tanpa batas, Allah akan berikan kepada kita kedudukan yang mulia. Ganjaran dan penghargaan semacam ini sudah lebih dari cukup untuk memacu diri kita dalam mewujudkan sikap sabar, sabar yang tiada batas.
Demikianlah nilai-nilai keteladanan yang bisa kita ambil dari perjuangan para pahlawan dalam membela tanah air dan agama di hari pahlaman yang kita peringati setiap 10 November.
NDP; Istiqamah, berani, dan sabar, inilah tiga sikap mulia yang harus kita teladani dari mereka. Jangan lupa, kita selalu mendoakan yang terbaik bagi setiap pahlawan yang telah mengorbankan harta dan jiwa demi kemerdekaan.***
*Artikel ini merupakan esensi Khutbah Jumat, 8 Nopemebr 2025
*Penulis adalah Guru besar manajemen Pendidikan UIn SGD Bandung