BANDUNG, Ekpos.Com — Ironis dengan jarak yang hanya sekitar 2 km dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung masih ada Sekolah yang ruang kelasnya tidak mempunyai pintu.
Tepatnya adalah Sekolah Dasar Negeri 044 Cicadas Awigombong di Jl. Asep Berlian No.33, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung.
Sehingga, dengan kondisi kelas terbuka dapat berpengaruh pada kondisi maupun konsentrasi belajar siswa.
Padahal SDN Awigombong itu termasuk salahsatu sekolah pavorit yang memiliki jumlah siswa cukup banyak dibandingkan dengan sekolah dasar lainnya di lingkungan Kelurahan Cicadas.
Berdasarkan informasi kondisi ruang kelas tak berpintu ini bukan hanya terjadi dal;am satu atau dua hari ini, namun sudah berjalan dalam kurun waktu yang cukup lama.
Bahkan, salahseorang petinggi dari Disik Kota Bandung pun pernah melakukan peninjauan. Namun hingga saat ini belum ada upaya dari pihak sekolah maupun Disdik untuk segera memperbaikinya, padahal sebagaimana kita ketahui bersama anggaran untuk pendidikan itu mendapat kenaikan sebesar 20 persen dari tahun sebelumnya.
“Ya kami sebagai orang tua merasa prihatin masa kelas tempat menimba ilmu anak kami kondisinya memprtihatinkan. Kan kita tahu anggaran pendidikan itu telah dinaikan oleh pemerintah sebsar 20 persen. Jadi dikamanakeun atuh anggaran teh (Jadi larinya kemana anggaran tersebut),” ungkap salahseorang iorang tua siswa yang enggan disebutkan namanya saat ditemui di sela-sela waktu menjemput anaknya, Kamis (16/1/202).
Tidak Mendidik
Selain kondisi sekolah yang kurang memadai, juga diperoleh keterangan bahwa salahseorang duru (pendidik) diduga kerap kali mengeluarkan bahasa yang tidak sepatutnya keluar dari mulut seorang guru saat menegur anak didiknya. Padahal, guru itu harus mencerminkan atau menjadi suri tauladan bagi anak didiknya.
“Masa seorang guru mengeluarkan kata-kata kasar saat menegur anak didiknya. Akibatnya anak saya jadi enggan mengikuti pelajaran olah raga. Saat dityanya anaknya merasa takut karena pernah dimarahi oleh guru tersebut dengan kata-kata yang kasar, kan aneh,” ujar orang tua siswa lainnya yang juga pensiunan pendidik.
“Jadi menurut saya jangan salahkan anak didik ketika dalam pergaulan sehari-harinya kerap menggunakan bahasa kasar. Ya da dicontoan ku guruna (ya karena diconbtohin sama guru nya),” tambahnya dengan nada kesal.
Sepertinya dengan melihat sejumlah persoalan tersebut aparat terkait khususnya Disdik Kota Bandung harus turun tangan untuk menangani persoalan tersebut, jangan sampai menjadi asumsi masyarakat kalau Disdik Kota Bandung tidak pernah melakukan pembinaan terhadap para guru yang nota bene berada di bawah tanggungjawabnya.*