Partai Demokrat Pernah “Dirampas”, Jokowi ada di Hati SBY

Damai Hari Lubis (Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukum dan Politik)

JAKARTA || Ekpos.com – Walau SBY bersama Jokowi diupayakan berdampingan oleh Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto menjadi dua sosok diantara beberapa penasihat di program akbar Pengelolaan Keuangan DANANTARA yang bakal mengolah hasil dari keuntungan dari BUMN yang ada di tanah air.

Namun tersirat dari sambutan SBY pada Kongres Partai Demokrat yang ke 6 (24/2/2025) dari materi komunikasi politiknya SBY yang dikemas dengan metode ‘pluit anjing’, melalui kata-kata sambutannya, “ketika dirinya 10 tahun berkuasa, tidak pernah ingin merebut partai oposisi maupun partai koalisi”.

Maka dari kacamata politik yang memandang flash back, kentara sekali, ada isyarat (uneg-uneg politik) yang tentunya manusiawi yang masih membekas di hati SBY, Partai yang Ia bangun susah payah, pernah hendak dirampas “oleh Jokowi” secara kasar dan kasat mata oleh tangan kanannya di Istana, Moeldoko selaku Kepala Staf Kepresiden RI.

Maka hitungan politik, bertambah kuat, SBY akan mewanti-wanti Prabowo sebagai Presiden RI.l dari pidato yang pernah SBY sampaikan jangan sampai ada ‘matahari kembar ‘ dalam kepemimpinan bangsa ini.

Maka dari sisi pesan moral dan politik dengan metode “pluit anjing’ dari SBY sang begawan politik (negarawan), sebuah sinyal keprihatinan untuk Jokowi , karena dalam hitungan-hitungan politiknya untuk meng-endors putra nya Gibran, ke puncak kursi tertinggi eksekutif di Negara RI, bakal mendapat rintangan (political barriers) dari sosok sang begawan politik SBY (Partai Demokrat) terlebih sandungan akun Fufu Fafa yang dituduh oleh banyak publik serta diperkuat oleh seorang pakar telematika dan IT (Dr. Roy Suryo) yang sempat dipenjarakan di era Jokowi, bahwasanya 99,9 % menurut analisa ilmiahnya, akun tersebut yang menghinakan Prabowo dan keluarga besarnya adalah akun milik Gibran RR bin Joko Widodo. Belum lagi laporan terhadap Gibran di KPK cukup menghantui ‘dinasti Jokowi’ serta bakal berimbas kepada (oligarki) yang dikenal sebagai kelompok pendukung kuat nya (Konglomerat 9 Naga).

Belum lagi tuntutan “Adili Jokowi” tidak ada tanda-tanda meredup, bahkan setelah Idul Fitri tahun 2025 ini, tuntutan ‘adili Jokowi’ prediktif perpolitikan di tanah air bakal lebih hot dan meluas disetiap daerah di tanah air. **

Total
0
Shares
Previous Article

SBY Peringati Prabowo Gunakan Politik Peluit Anjing yang Diarahkan ke Jokowi

Next Article

Tinjau Banjir di Lapas Cikarang, Dirjenpas Pastikan Layanan Warga Binaan Tetap Berjalan

Related Posts