Gubernur Lemhanas RI: Kesehatan Mental Rapuh Ancam Ketahanan Nasional

BANDUNG, Ekpos.Com — Dinamika global, regional, dan nasional yang bergerak cepat ditandai dengan ketidakpastian, tidak stabil, tidak pasti, kompleks, dan ambigu, akan menimbulkan kerapuhan, kecemasan, tidak linier dan sulit dipahami, Karena itu, seluruh komponen bangsa Indonesia dituntut memiliki kesiapsiagaan mental  dalam menghadapi perubahan zaman itu.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI, Tb Ace Hasan Syadzily, dalam orasi ilmah, Milad Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung ke 52 tahun, Rabu (3/6/2025).

Orasi ilmiah yang bertajuk Kesehatan Mental untuk Ketahanan Nasional, menurut Ace, sangat relevan dengan kondisi Global yang penuh ketidakpastian, akan berimbas kepada Indonesia dan ini berpengatuh kepada kesehatan mental warga negara Indonesia.

“Dari tema besar di atas, saya ingin mengajak kita semua untuk memahami pentingnya kesehatan  mental dalam menjaga keutuhan dan keberlanjutan bangsa kita. Yakni, ketahanan mental sebagai pilar Ketahanan Nasional kita,” ujar Ace.
.Di tengah kehidupan global yang penuh tantangan, di berbagai belahan dunia terjadi krisis ekonomi. Kemudian, dampak perang dagang, ketidakpastian politik, konflik antarnegara, revolusi digital, hingga disrupsi budaya. “Ketahanan nasional kita menghadapi ancaman yang tidak melulu fisik, tapi juga psikologis dan ideologis,” tutur Ace

Selanjutna disampaikan, ketahanan nasional, tidak semata-mata dimaknai dengan kokohnya kekuatan militer atau kesiapsiagaan fisik. Ketahanan nasional Indonesia adalah kondisi dinamis suatu bangsa dalam menghadapi tantangan, ancaman, dan gangguan, baik yang data dari luar maupun dalam negari untuk menjamin eksistensi, integritas, keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Dalam struktur ketahanan nasional, dikenal dengan Asta Gatra, yaitu, dimensi geografi, demograsi, sumber daya manusia (SDM), ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Ace menegaskan, satu hal yang menjadi peringkat dan pengikat dari seluruh aspek Asta Gatra adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Yang lebih penting lagi adalah, kualitas mental manusianya.

“Lagu Indonesia Raya menunjukkan kepada kita bahwa tujuannya adalah membangun jiwa dan raga (rakyat Indonesia). Bangunlah jiwanya dan bangunlah raganya. Membangun jiwa dan raga merupakan tujuan negara untuk melahirkan manusia Indonesia seutuhnya,” ujarnya.

Ace menegaskan bahwa kesehatan mental bukan sekadar isu kesehatan semata, melainkan fondasi krusial bagi ketahanan bangsa.

“Individu dengan kesehatan mental yang baik akan tangguh, produktif, dan mampu menjaga harmoni sosial, menjadi modal utama dalam menghadapi berbagai dinamika,” jelas Ace.

Fenomena self harm, penyalahgunaan narkoba, perilaku ekstrem dan radikalisme yang muncul akibat frustasi sosial dan tekanan mental yang tidak tersalurkan. Dalam dunia kerja muncul gejalan burn out yang menjadi isu serius yang menggerogoti produktivitas baik sektor publik maupun swasta,ini ancaman serius. Kesehatan mental tidak bisa lagi dianggap sebagai isu individual yang tersier. Ini adalah persoal publik, sosial, dan strategis bangsa.

“Ketika kesehatan mental masyarakat terganggu, maka bangsa kehilangan fondasi utama kesehatan nasional. Karena itu, penguatan ekosistem kesehat mental harus menjadi agenda nasional. Dibutuhkan kerja sama antar lembaga, sinergi antar negara, kerja sama akademisi, komunitas, dan swasta untuk membangun sistem pendukung kesehatan mental yang lebih inklusif, preventif, dan responsif terhadap tantangan zaman,” tegas Ace.

Ia juga menyoroti tingginya masalah kesehatan mental di Indonesia, yang diperparah oleh dampak pandemi dan tantangan digital. “Mengabaikan aspek ini akan menyebabkan kerentanan bangsa,” tambahnya.

Oleh karena itu, investasi dalam kesehatan mental melalui edukasi dini, pembangunan budaya terbuka, peningkatan kapasitas profesional, kebijakan terintegrasi, promosi nilai budaya lokal, dan penguatan ketahanan digital adalah strategi mutlak untuk membangun Indonesia yang kokoh dan berdaya saing, khususnya dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Ace juga menyampaikan harapannya kepada Fakultas Psikologi Unisba di usia ke-52, sejalan dengan slogan Unisba sebagai kampus yang mencetak para mujahid, mujtahid, dan mujaddid. “Menjadi mujahid berarti menjadi manusia-manusia yang tangguh, siap berjuang demi kemanusiaan, bangsa, dan negara. Mujtahid berarti memiliki kapasitas keilmuan yang kuat. Dan mujaddid berarti mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan dan menjadi agen perubahan bagi bangsa dan negara,” tutupnya

Mengenai Anak Nakal Ke Barak Militer
Saat ditanya wartawan mengenai program anak nakal ke Barak Militer, Ace menyatakan; “Saya sebenanya tidak setuju dengan istilah anak nakal sebab orang nakal itu harus ditelusuri penyebabnya”. Ujar Ace.

Selanjutnya menurut Ace, penyebabnya itu bisa komplek, bisa dari lingkungan sosial, keluarga, pendidikan, dan lingkungan pendidikan, yang bisa kurang memberikan iklim yang sehat dan sesuai dengan tumbuh kembang anak.

Oleh karena itu menurut Ace, tugas pemerintah pusat, pemerintah daerah, provinsi, kabupaten dan kota bahkan paling kecil termasuk di dalamnya kampus, adalah memastikan penyeselesaian di hulu.

“Selesaikan lingkungan di keluarga, lingkungan sosialnya maupun di lembaga-lembaga Pendidikan, dan sejak awal bisa mendeteksi potensi bagi munculnya perkembangan anak yang tidak wajar, sehingga nanti solusinya adalah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak tersebut” tandas Ace.

Oleh karena itu menurut Ace, pendekatannya tidak bisa parsial, harus betul-betul komprehensif, disitulah pentingnya pendidikan psikologi ini, terus menerus diperkuat sama halnya dengan pendidikan kedokteran bahwa psikologi juga memiliki nilai yang snagat strategis dalam membentuk karakter anak-anak.

Menurt Ace di lemhanas selalu menekankan bahwa pendidikan karakter itu tidak bisa dilakukan secara instan, pendidikan karakter itu harus diterapkan mulai dari proses di lingkungan keluarga, sosial, pendidikan dan bahkan di dunia kerja sehingga manusia Indonesia betul betul bisa menjadi apa yang jadi tujuan berbangsa dan negara.

“Kita adalah membangun jiwanya dan membangun raganya. Itulah pentingnya relevansi dari pendidikan Psikologi”, tandas Ace.***

Total
0
Shares
Previous Article

Domain Incaran Diambil Orang? Pakai Domain Backorder Dewabiz!

Next Article

Dorong Produktivitas Petani, Serka Robik Bantu Penyiapan Bibit Padi

Related Posts