Musibah adalah Pengingat Agar Kembali Pada Syariat-Nya

Khatimah

Saat bumi sudah mulai menua, berarti semakin mendekatkan kepada hari akhir (Kiamat). Dimana rentetan bencana menghampiri negeri ini, yang mayoritas penduduknya muslim. Meskipun begitu tidak ada yang sanggup untuk menghalau datangnya musibah itu  saat Allah Swt. sudah berkehendak. Sebagaimana firman Allah Swt: “Allah Maha kuasa berbuat apa yang di kehendaki-Nya” (QS. Al-Buruj:16). Dan sebagai manusia yang dibekali akal harus menyadari akan ketetapan itu, serta meningkatkan kewaspadaan dengan akal yang dibekali ilmu pengetahuan untuk melakukan penelitian tentang perkembangan alam  yang akan terjadi, bukan berarti mendahului kehendak Allah Swt.

Sebagaimana yang dilakukan tim Peneliti pusat Vulkanologi dan Mitigasi Gempa Bumi (PVMGM) yang mengatakan bahwa potensi guncangan gempa bisa terjadi di Bandung Timur, sampai ke Sumedang. Yang disebut dengan Sesar Cileunyi. Di mana pernah terjadi waktu tahun 2005. Begitupun saat diungkapkan ketua timnya, harus mewaspadai potensi gempa di Jawab Barat karena merupakan golongan Sesar aktif dengan “Kebaruannya pada sebaran, panjang, Kinematika, Geologikal sliprate”. Tempo.com (26/01/2021).

Melihat banyaknya musibah yang terjadi pada tahun 2020 dan di awal tahun 2021. Ditambah dari hasil penelitian tersebut tidak ada salahnya untuk lebih waspada terhadap musibah yang akan datang seperti potensi gempa. Namun semua yang terjadi itu karena kehendak Allah, bukan hanya gempa bumi, longsor, banjir, gunung meletus, pesawat yang jatuh, daunpun yang jatuh ketanah itu atas kehendak Allah Swt. Bencana bisa terjadi kapanpun dan dimanapun saat Allah sudah berkehendak. Manusia yang dibantu dengan teknologi hanya mengira-ngira untuk lebih waspada bukan penentu.

Namun terkadang manusia latah dengan mengatakan ini “bencana alam” yang akhirnya menyalahkan alam atau cuaca, padahal apa yang Allah ciptakan baik bumi, langit beserta isinya sudah ada standar aturannya secara alami. Tapi karena keserakahan manusia yang tidak ada habisnya membuat kealamian alam itu kehilangan fungsinya, hutannya digunduli, gunungnya dikeruk, sehingga banjir dan  tanah longsor sering terjadi. Inilah yang terjadi akibat ulah tangan manusia alam rusak sehingga datang teguran Allah Swt. secara bertubi-tubi. Seharusnya sentilan Allah ini menjadikan manusia-manusia yang tamak itu sadar bahwa ini akibat ulah perbuatan mereka.

Demokrasi kapitalis yang dianut oleh negara dan diterapkan dalam pengurusan publik saat ini merupakan faktor utama penyebab semua ini, karena para penganutnya hanya mementingkan keuntungan, dengan menjadikan lahan bisnis dan ujung-ujungnya rakyat menjadi pihak yang dizalimi akibat kerusakan hutan.

Dalam sistem tersebut para pemilik modal yang diutamakan, meski harus merusak alam, keselamatan rakyat tidak pernah manjadi prioritas. Negara yang seharusnya menjadi pelindung untuk rakyat dan menjadi pengelola  Sumber Daya Alam, telah kehilangan peranan dan fungsinya. Permasalahan yang semakin pelik ini membuat negeri semakin dekat dengan kehancuran.

Allah berfirman: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum (30):41).

Begitulah Allah menunjukkan keperkasaanNya saat melihat alamnya dirusak dan aturan-aturannya yang di dalam Al-Qur’an dikesampingkan bahkan ditolak terang-terangan. Akankah bencana ini membuat hati tetap keras untuk menolak hukum dan ketetapan Allah Swt.? Sungguh, jika hari  ini masih selamat, itu adalah bentuk kasih sayang Allah karena masih memberikan kesempatan untuk bisa bermuhasabah diri, dari kejadian-kejadian yang terjadi.

Saatnya kembali kepada syari’at Islam secara keseluruhan agar keberkahan dari langit dan bumi dapat diraih, sudahi menyalahkan alam dengan cara bertaubat dari kedurhakaan terhadap syariat. Selanjutnya, perjuangkan tegaknya syariah kaffah dalam naungan daulah Islam agar Allah ridha, umat sejahtera. Wallahu a’lam bish shawab.

Total
0
Shares
Previous Article

PermataTabungan Bebas Suarakan Gerakan Menabung Di Era New Normal

Next Article

Tujuh Kecamatan Kab. Tasikmalaya Siap Laksanakan Belajar Tatap Muka

Related Posts