BANDUNG, BEDAnews.com – Manager Operasional TPS Regol, Dani Suryana menyebutkan untuk menyelesaikan permasalahan sampah memang harus secara gotong royong, tidak bisa dari pihak pemerintah sendiri yang menangani.
Oleh karena itu, pihaknya mencoba berkolaborasi juga dengan berbagai pihak untuk menemukan metode yang pengolahan sampah yang lebih efisien.
“Kita harus tetap semangat memilah sampah di rumah sehingga ketika sampai TPS juga sudah terpilah. Tapi pada kenyataannya sampai saat ini masih tercampur sehingga program Pemkot Bandung harus disatukan dengan inovasi seperti ini,” ungkap Dani, saat Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana meninjau Wisanggeni, Sabtu, (6/3/2021).
Mungkin, lanjut Dani, dengan Wisanggeni hanya 30 persen sampah bisa diselesaikan, tapi itu sampah yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis, kalau bernilai ekonomis bisa ke Bank Sampah.
“Organik juga bisa oleh maggot, sisanya yang tidak termanfaatkan bisa kita proses dengan Wisanggeni,” tambahnya.
Wisanggeni, menurut Dani sebagai alat untuk membakar sampah yang pemicunya oli bekas dan air. Setelah dipanaskan, kompor akan mengeluarkan api bertekanan tinggi yang digunakan untuk membakar sampah.
Kapasitas sampah yang bisa diproses Wisanggeni sekitar 1 ton per hari dengan 8 jam kerja. Namun harus terus diisi oleh sampah sehingga suhunya konsisten diatas 750 derajat.
“Setelah terbentuk api sempurna di dalam tabung, pemicunya akan ditarik, sehingga menjadi sampah membakar sampah. Setelah itu hanya memerlukan energi listrik yang menggerakkan dinamo untuk filterisasi asap,” ucapnya.
“Asap yang keluar juga insyaallah sudah dites oleh Sucofindo bahwa itu masih di bawah ambang batas. Hasil dari pembakaran jika masih besar bisa dibakar ulang, kalau abunya bisa juga dicampur sebagai media tanam, tapi kita belum cek secara lab,” imbuhnya. (Ricard)