Jakarta – ekpos.com – Mumtaza Chairannisa, mahasiswi Indonesia yang sedang mengambil program dual degree di Sciences Po-UC Berkeley, Sabtu (3/7/2021) berbagi pengalaman secara daring dengan beberapa penerima dan alumnus penerima beasiswa yang difasilitasi Forum Akademisi Indonesia (FAI).
Temu silaturahim secara virtual yang bertajuk “Giving Insight” itu digagas oleh salah satu Penasehat FAI, yaitu Dr. Intan Syah Ichsan serta dihadiri oleh Sekjen FAI Eni Heni Hermaliani dan Wakil Ketua Bidang Hubungan Dalam dan Luar Negeri FAI, Didin Syahrudin Sukeni. “Momen seperti ini sangat penting, terutama untuk memotivasi para penerima beasiswa, bahkan alumnus penerima beasiswa yang difasilitasi FAI agar mereka memiliki semangat untuk melanjutkan studi ke luar negeri, terlebih ada banyak kesempatan untuk mendapatkan beasiswa di luar negeri,” kata Dr. Intan Syah Ichsan.
Penasehat FAI yang juga Chief Operating and Marketing Officer PT. Samuel Aset Manajemen itu juga mengemukakan, pesatnya perkembangan internet yang ditopang oleh jaringan dan infrastruktur komunikasi membuka peluang bagi setiap individu menjadi insan pembelajar. Peluang ini juga dapat dimanfaatkan oleh para penerima beasiswa FAI.
Pada kesempatan yang sama, Mumtaza Chairannisa, mahasiswi Indonesia yang sedang mengambil program dual degree di Sciences Po-UC Berkeley menjelaskan bagaimana pengalamannya belajar di Inggris dari tingkat SD sampai SLA.
Keberadaannya di Inggris adalah mengikuti ayahnya yang mendapat tugas belajar di negara itu.
Mumtaza yang dikenal dengan sapaan “Azza” itu kemudian diterima pada program dual degree di Sciences Po-UC Berkeley dan tercatat sebagai mahasiswa pada program tersebut untuk masa kuliah 2019-2023.
Program dual degree di Sciences Po-UC Berkeley itu sendiri ditempuh selama empat tahun, masing-masing dua tahun di salah satu dari tiga kampus Sciences Po di Prancis, kemudian dua tahun berikutnya di University of California di Berkeley, Amerika. Sciences Po adalah universitas terkemuka di Prancis dan UC Berkeley adalah universitas negeri nomor satu di dunia.
Mumtaza telah menyelesaikan kuliahnya selama dua tahun di Sciences Po Perancis pada jurusan Economic and Societies dengan studi minor International Relations dan akan melanjutkan studi selama dua tahun berikutnya di University of California Berkeley (UC Berkeley) di Berkeley California Amerika.
Selama studi di UC Berkeley yang akan dimulai pada Agustus 2021 Mumtaza akan mengambil Jurusan History dan rencananya mahasiswi yang aktif dalam berbagai kegiatan kampus selama kuliah di Sciences Po Perancis itu akan fokus pada studi sejarah Islam di Indonesia.
Menurut Mumtaza, sekolah dan kuliah di luar negeri tidak hanya menekankan pada nilai akademis, tapi juga pada bagaimana setiap siswa atau mahasiswa menunjukkan jati diri dan kepeduliannya kepada masyarakat serta menunjukkan kemampuannya dalam membangun network (jaringan), sehingga keberadaannya memberikan manfaat bagi lingkungannya.
Dalam kaitan itu pula, menurut dia, kegiatan temu silaturahim virtual bertajuk “Giving Insight” yang diikuti secara antusias oleh sepuluh mahasiswa penerima dan alumnus penerima beasiswa FAI itu juga merupakan bagian dari kontribusinya dalam “project society” untuk melangkah ke kampus barunya di Amerika mulai Agustus mendatang. “Saya berharap ajang silaturahim untuk berbagi seperti yang dilakukan FAI ini dapat diperbesar cakupannya,” kata mahasiswi program dual degree di Sciences Po-UC Berkeley yang lahir di Jakarta pada 17 Juni tahun 2.000 itu.
FAI itu sendiri adalah wadah inspiratif yang bertujuan mensinergikan potensi para akademisi di manapun mereka berada serta mewujudkan visi mencerdaskan anak bangsa menuju Indonesia berprestasi. Deklarasi pembentukan forum tersebut dilakukan pada 23 Mei 2015 di Jakarta.
FAI telah melakukan banyak kajian mengenai berbagai isu nasional seperti pengembangan ekonomi syariah serta bagaimana mengatasi masalah korupsi dan narkoba dengan melibatkan para pakar di bidang yang terkait.
Selain itu, FAI terus memfasilitasi pemberian beasiswa kepada para mahasiswa di beberapa perguruan tinggi dalam bentuk keringanan biaya pendidikan atas kerjasama dengan perguruan tinggi yang bersangkutan. Beasiswa diberikan secara sangat selektif kepada mahasiswa berprestasi dari keluarga yang tidak mampu atau anak-anak yatim piatu. (Red).