BANDUNG, Ekpos.com
Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi digital berimplikasi kepada pergeseran nilai dan tatanan hidup manusia. Kemajuan teknologi digital harus disikapi dengan bijak, sehingga bisa membawa kemaslahatan umat manusia. Kalau tidak, akan timbul kekacauan sosial dan politik karena informasi yang ditampilkan berisi hoax, fitnah dan ujaran kebencian.
“Teknologi digital saat ini dapat digunakan untuk penguatan demokrasi dan pemberdayaan masyarakat. Dan ini bisa menjadi Komunikasi dua arah antara masyarakat dengan pemerintah. Misalnya bisa memantau pembuatan UU dan kebijakan, pemantauan anggaran dan mendorong tranparasi, bisa juga dimanfaatkan untuk mendorong perubahan dengan memanfaatkan petisi online atau platform pengaduan,”. Tegas Ketua Mafindo, Anita Wahid saat memberikan pencerahan Virtual via Meeting Zoom kepada Mahasiswa dalam Webinar Nasional thema” Menjadi Mahasiswa Keren Tanpa Hoak” yang diselengerakan Pengurus Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis se-Indonesia (FKMTHI) Wilayah Jawa Barat, Sabtu,17/07/2021.
Puteri Gus Dur itu menjelaskan, terdapat pula ancaman di dunia digital. Salah satunya operasi informasi atau dalam artian ia mempergunakan informasi untuk tujuan tertentu.
“Ancaman lainnya yaitu Pelanggaran data pribadi, Penipuan online, Perilaku yang berlawanan dengan norma sosial, Pertentangan budaya, ancaman keamanan perangkat, data. Dan tak kalah pentingnya ancaman kesehatan fisik dan mental, contohnya kecanduan gawai dan internet,”. jelasnya
Ia juga menjelaskan, ada juga propaganda terkomputasi, yakni penggunaan algoritma, automasi, dan big data untuk membentuk atau mempengaruhi kehidupan publik.
“Propaganda terkomputasi ini dibagi menjadi 2, Amplifikasi Narasi dan Serangan. Amplifikasi Narasi diantaranya penggunaan Bots, Buzzers, Influencers, Microtargeting, Media Manipulation, Hoax,”. ujarnya
Menurutn, penggunaan Bots ini seakan sepele, akan tetapi sebenarnya ia sering kali dapat menaikkan suara masyarakat.
“Konflik besar di Indonesia dari zaman dulu bermula dari hoax, biasanya di Indonesia menggunakan isu SARA. Hoax itu dapat mempengaruhi emosi, hoax konflik menjadikan sasaran merasa diancam,”. ujar Anita
Saat pandemi ini, hoax yang berbau kesehatan sering kali dengan dibumbui unsur agama. Ketia ia merasa diancam, maka ia makin mudah dipengaruhi.
“Paling tidak terdapat 2 fenomena jika hoax itu menyerang. Yaitu matinya kepakaran dan munculnya teori konspirasi,”. jelasnya
Kecepatan penyebaran hoax sangat cepat, lanjut Anita, akan tetapi verifikasinya sangat lambat.
Ketua Prodi IAT, Ecep menegaskan Gerakan maju mahasisiwa Tafsir dan Hadis yang diikat dengan FKMTHI berusaha tampil sebagai garda pembungkam HOAX. Ditengah simpang siur informasi di media, baik emas maupun sampah. FKMTHI menggiring masiswa untuk menemukan jati diri sabagai insan akademik yang ditopang nalar cerdas agar dapat memfilter dan membebaskan informasi “sampah media”, Hoax, yang dipandang momok setiap lini kehidupan, dipagari dengan nalar akademisi tersebut.
“ Sebagai Ketua prodi IAT UIN SGD Bandung dan sebagai pembina FKMTHI, jelas sangat apresiasi dan mendukung gerakan emas ini. Saatnya Mahasiswa Tafsir Quran dan Hadis tampil demi kemanusiaan.” Tegas Ecep, Minggu,18/07/2021.
Ketua Pelaksana, Fasfah Sofhal Jamil mengatakan, kemajuan teknologi sekarang memang sedikit banyak mempermudah kehidupan manusia, namun dalam percepatannya itu juga seakan menjadi peluang penyebaran hoax.
“Tak jarang, di sekitaran kita juga sering termakan narasi-narasi hoax di media sosial. Naasnya, mahasiswa juga terlibat dalam penyebaran arus hoax,”. katanya
Maka dari itu, kata dia, FKMTHI Jabar berinisiatif mengadakan webinar ini guna memberikan edukasi bagi masyarakat dan mahasiswa khususnya mahasiswa Tafsir Hadis terkait penanggulangan hoax.
Koordinator Wilayah FKMTHI Jabar, M. Ulyuddin mengaku, agenda ini sudah diagendakan pada awal kepengurusan, namun baru terealisasikan sekarang dikarenakan keadaan pendemi.
“Webinar ini diharapkan dapat memberi banyak manfaat dan ilmu dari sosok fenomenal yang saya kagumi, yakni Ibu Anita Wahid,”. ujarnya
Selain itu, kata dia, saat ini dengan banyaknya problem yang terjadi di negara Indonesia terkait isu hoax yang menggiring opini ke negatif, maka lewat kegiatan ini semua bisa mengetahui bagaimana kaum akademisi bisa menyaring berita positif.
Acara ini pun mendapat sambutan baik dari Anas Munaji selaku Ketua Umum FKMTHI Pusat. Ia mengatakan dalam sambutannya bahwa acara ini luar biasa dan diharapkan ini akan lebih banyak lagi.
“Dunia sekarang dikenal dengan dunia teknologi, harapan kami terus aktif dan dunia maya kita kuasai informasi dapat disebarkan seluas mungkin. Tentu dengan semuanya itu kita perlu mengimbangi beredarnya arus hoax dengan memberikan narasi yang bisa dipertanggungjawabkan dan kita harus mengcounter berita hoax dengan narasi yang baik,”. kata Anas
“Saya mengajak mahasiswa Tafsir Hadis untuk memanfaatkan media yang sudah kami fasilitasi. Seperti situs turnbackhoax.id, fanspage Forum Anti Fitnah, dan aplikasi Hoax Buster Tools.”. tandasnya.***