BANDUNG, Ekpos.Com >> Jambore ke-VIII Budaya Baca dan Festival Duta Baca tingkat Kota Bandung tahun ini, peserta dibentuk menjadi pribadi yang tabayun.
Acara yang tengah berlangsung pada 26 September hingga 26 Oktober 2021 ini, menyertakan tiga perlombaan, yakni lomba duta baca dan video sejarah dengan peserta setingkat SMP. Tak hanya itu, ada juga lomba menulis cerita yang ditujukan bagi anak-anak setingkat SD.
Semua kategori lomba mengangkat tema yang sama, menyasar isu permasalahan lingkungan dan stunting.
Kepala Bidang Kerjasama Pokja Literasi pada Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kota Bandung, Neti Supriati menuturkan, khusus untuk lomba duta baca inilah yang lebih fokus dengan beberapa tahapan.
Tahapan pertama, ucap Neti, peserta diajak untuk belajar mengobservasi permasalahan. Inventarisasi persoalan di lingkungan sekitarnya ini menjadi bahan sebelum pengambilan keputusan.
“Jadi harus cek and ricek atau observasi dulu. Apa rumusan masalah yang akan diangkat, kemudian indikatornya. Baru dia menentukan soslusi apa yang dipakai untuk menyelesaikan masalah tersebut,” kata Neti di Balai Kota Bandung, Kamis, (21/10/2021).
Selanjutnya di tahapan kedua, Neti memaparkan, pada saat menyampaikan informasi baik dalam bentuk karya ataupun secara lisan para peserta ini harus menyertakan referensi. Sebagai dasar penguat keputusan yang diambil atau penyampaian informasi.
“Tujuannya agar anak juga tidak mudah mendengar berita-berita belum jelas. Jadi dalam rangka mencegah hoaks di generasi muda. Karena pada kegiatan ini tahapan berikutnya anak itu harus menyertakan referensi, apapun yang diinformasikan peserta,” jelasnya.
Kemudian di tahap ketiga Neti menyebutkan dari target akhir anak tidak hanya memenuhi sebuah karya, tapi memiliki visi misi ke depannya sepeti mau diapakan Kota Bandung ke depannya terkait tema permasalahan isu lingkungan ataupun stunting ini.
“Sehingga waktu pembekalan untuk menulis karyanya itu mereka harus punya pola apa yang akan dilakukan sekian tahun ke depan, apa yang dilakukan saat ini, dan darimana dimulai. Jadi ketika mereka mentranformasikan infomasi kepada orang lain itu harus diolah dulu, sehingga menjadi informasi yang valid,” bebernya.
Lebih lanjut Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaraan Membaca Disarpus Kota Bandung, Felly Lastiawati menuturkan, Jambore Budaya Baca dan Festival Duta Baca ini juga sekaligus untuk mendongkrak indeks baca masyarakat Kota Bandung.
Felly mengungkapkan, pada tahun 2020 indeks baca masyarakat Kota Bandung berada di angka 74,76. Masuk dalam level 2 atau kategori cukup mendekati baik.
“Tahun ini kita juga lakukan kajian terkait indeks gemar membaca. Kaitan dengan pandemi ini kita mengubah mindset. Salah satu indikator kunjungan ke perpustakaan kami lakukan terobosan bagaimana masyarakat mengakses layanan digital e-Pustaka,” kata Felly.
Menurut Felly, hingga saat ini sudah ada 6.000-an buku versi digital yang disediakan di e-Pustaka. Jumlahnya akan terus bertambah seiring terjalinnya kerjasama antara Disarpus dengan Gramedia.
Jambore Budaya Baca dan Festival Duta Baca juga menjadi bagian dari peringatan Hari Jadi ke-211 Kota Bandung. Acara ini diikuti oleh 473 peserta. Terdiri dari 223 peserta lomba duta baca, lalu 120 peserta lomba menulis cerita, dan 130 peserta lomba video sejarah.
“Nanti di akhir acara itu ada 6 finalis di masing-masing kategori lomba yang akan tampil dalam grand final Selasa (26 Oktober),” katanya.***