Jakarta – ekpos.com – Pengamat Politik dari Universitas Mulawarman, M.Taufik menyatakan, sesungguhnya yang dilakukan para pejabat publik dalam melakukan sosialisasi programnya, ada perilaku dan tindakan yang baik, hendaknya kita berprasangka baik dulu.
Misalnya pejabat publik di level Menteri, level Gubernur atau anggota DPR RI, mereka lakukan sosialisasi program atau cara kerja mereka, ada dokumentasi video atau fhoto yang disebarluaskan, hal tersebut untuk menunjukan kinerja mereka, jika kita ngga suka atau dongkol ya lakukan gugatan publik karena dianggap berbohong pada publik.
Pengamat politik dari UIN, Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno berpandangan, Menteri BUMN, Erick Thohir tengah memoles citra agar dapat masuk bursa pencalonan presiden untuk Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
Adi mengatakan, hal itu terlihat dari video Erick Thohir yang dipasang di mesin-mesin anjungan tunai mandiri (ATM) bank milik negara serta permintaan Erick agar toilet di pom bensin digratiskan.
“Bagian memoles citra agar Erick terlihat bekerja serius sebagai menteri. Tentu yang diharapkan efek positif dan bisa diperhitungkan masuk nominasi capres 2024.
Sejauh ini Erick belum masuk arus utama pembicaraan pencapresan,” kata Adi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/11/2021).
“Saya melihat dari sudut keilmuan saya, apa yang dilakukan Erick ya wajar, kan dia Menteri BUMN, jika mau jujur pandangan menyudutkan Erick saja, padahal ada Menteri yang lain bahkan punya Partai sendiri lagi, belum lagi yang Gubernur, kenapa tidak di sorot, kita juga jangan sebagai kaum intelektual berkhianat pada nilai – nilai intelektual yang kita pelajari dan miliki, orang itu sah sebagai kandidat capres atau cawapres tentu jika sudah ditetapkan KPU, jika belum ya namanya sosialisasi capaian kerjanya,” tegas lulusan pascasarjana Politik UI ini, Selasa (23/11).
“Jika kita memojokan salah satu pejabat publik, yang kita anggap lagi kampanye pencitraan untuk pilpres, maka jangan – jangan kita diendorse oleh lawannya, kan bolak balik saja melihatnya, ayo kita berpositif saja, kritik ya boleh tapi “asbabunnya” jelas , jangan cuma “asbun”,” tegas Pria yang pernah menjadi Ketua KPU Kaltim ini menutup pembicaraannya. (Red).