Oleh: A. Rusdiana
Hari Selasa, malam Rabu tanggal 9 Agustus 2022 pukul 23:22 Japrian dengan Abah (nama panggilan akrab di kampus) seputar persiapan temu alumni tanggal 24 Agustus 2022, tiba-tiba pembicaraan di WA terpotong …abah menjawab di WA. Otw pangandaran….sy balik nanya “Acara naon Bah….? teu ngajak…..” (bahasa sunda) Abah menjawab “Ieu program ibu2 majelis taklim di panyileukan” Oh saya pikir, mengurus mesjid-majelis taklim memang paknya Abah. kebetulan dengan Abah Satu al-mamater Satu Jurusan..Fakultas. Abah angktan 1978… saya angkatan 1982, dimata saya abah adalah senior. Tidak banyak basa-basa basi lantas saya menulis “Ucapan semoga selamat sampai di tujuan Bah” diringi dengan Doa kepada yang sedang bepergian. Pengantar Saya ” Doa untuk Abah dan Keluarga Besar Majlis Taklim Al-Muhajir sedang diperjalanan menuju Pangandaran (Tadabbur Alam) Yang menarik dari itu abah mengirim WA Rihlah. Saya pikir sah-sah saja tergantung pada niatnya….
Perjalanan (rihlah) mempunyai tradisi panjang dalam sejarah kemanusiaan. Konsep manusia sebagai “homo viator” barangkali merupakan indikasi bahwa perjalanan merupakan ciri utama kebudayaan. Bahkan terdapat konsep yang meyakini bahwa hidup itu pada hakekatnya adalah sebuah perjalanan. Perjalanan menemukan yang supernatural, kebudayaan eksotik, dan yang suci, merupakan hasrat yang secara berkelanjutan mendorong manusia untuk terus melakukan perjalanan. Tidak heran jika pada setiap agama dan kebudayaan, selalu dijumpai konsepsi tentang perjalanan suci (pilgrimage), terutama pada agama-agama besar dunia.
Islam, agama yang terus mengalami pertumbuhan pengikut di dunia, mengenal beberapa konsep perjalanan yang menjadi kajian kalangan sarjana, yaitu perjalanan ibadah haji (hajj), perjalanan untuk mencari ilmu (thalab al-ilm), dan perjalanan untuk tafakkur (kontemplasi) dan tadabbur (refleksi), serta yang juga harus disebutkan adalah perjalanan untuk melakukan perdagangan dan mencari rezeki. (baca Perjalan Ibadah Haji dan perjalanan untuk mencari ilmu).
Adapun perjalanan untuk tafakkur dan tadabbur dilakukan kaum Muslim terlebih tadabbur alam merujuk pada perintah dalam al-Qur’an, “Katakanlah, ‘berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh Allah maha kuasa atas segala sesuatu (Q.S. [29]:20). Dalam ayat lain dikatakan, “Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” (Q.S. [22]: 46).
Islam merupakan agama yang sangat mendorong pemeluknya melakukan perjalanan (rihlah) atau banyak juga yang mempergunakan istilah “safar” (yang juga berarti perjalanan). Dan semuanya dengan kemuliaan dan pahalanya masing-masing. Dalam sejarah Islam, terdapat kisah-kisah perjalanan yang dilakukan Nabi saw; perjalanan kafilah dagang di mana Nabi saw bertemu dengan pendeta yang mengetahui tanda-tanda kenabian; perjalanan hijrah Nabi saw dari Mekkah ke Madinah yang penuh perjuangan; perjalanan isra’ dan mi’raj dari Masjid al-Haram menuju Masjid al-Aqsa lalu menuju sidrah al-muntaha, dan masih banyak lagi perjalanan yang dilakukan Nabi saw yang semuanya kemudian menjadi historis.
Tradisi pesantren, yang khas Indonesia, juga sangat lekat dengan tradisi rihlah atau tepatnya rihlah ilmiyah. Setiap orang tua Muslim yang mengirimkan anaknya belajar di pesantren memulai dengan perjalanan menuju pesantren yang biasanya berlokasi di kota yang berbeda. Di pesantren bahkan dikenal istilah santri kelana, yaitu santri yang belajar dengan berpindah-pindah dari satu pesantren ke pesantren lain. Menarik bahwa munculnya “santri kelana” ini dilatarbelakangi oleh keahlian berbeda yang dimiliki oleh kyai. Demikianlah untuk hanya menyebutkan contoh dulu jika santri mau belajar ilm sharaf (gramatika), ia akan datang kepada Kyai Ali Maksum, Pesantren Krapyak Yogyakarta; jika hendak menekuni fiqh sosial, ia datang kepada Kyai Sahal Mahfudz, Pesantren Maslakul Huda Kajen, Pati, Jawa Tengah; dan seterusnya. Santri yang belajar berpindah-pindah itu kemudian dikenal dengan santri kelana.
Belakangan ini marak Ibu-ibu pengajian/majlis taklim melakukan perjalanan semacam itu, munkin karena kuatnya tradisi rihlah dalam Islam, dan semakin besarnya potensi konsumer Muslim di dalamnya, Islamic tourism dengan turunan halal tourism kemudian menjadi salah satu trend sekarang ini. Pada 2015, populasi Muslim sejagad diperkirakan mencapai 1,8 miliar, membentuk sekitar 24% dari populasi dunia. Islam adalah agama yang dominan di beberapa bagian dunia seperti di Asia Selatan, Asia Tengah, Timur Tengah, Indonesia dan Afrika Utara. Islam juga merupakan agama terbesar kedua di Eropa setelah Kristen, membentuk 4,9% dari populasi Eropa pada 2016 dan diperkirakan meningkat menjadi 7,4% pada 2050 (Pew Research Center, 2017). Dapat diperkirakan bahwa tradisi rihlah dalam Islam yang bertransformasi secara kreatif menjadi Islamic tourism, dengan segala tuntutan turunannya, merupakan salah satu ciri budaya populer Islam kontemporer yang penting.
Waalahu A’lam Bishowab.
Responden:
Ahmad Rusdiana, Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti PerguruanTinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengem-bangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri/Ketua Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/search?q=buku+a.rusdiana+shopee&source (3)https://play.google.com/ store/ books/ author?id.*** red