GARUT, Ekpos.com – Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) terus memperjuangkan pelestarian budaya Indonesia melalui pemutaran film karya anak bangsa. Seperti yang dilakukan pada Jumat 9 Desember 2022 malam dengan kegiatan nonton bareng film Indonesia berjudul Keluarga Cemara bersama masyarakat di Alun-alun Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut.
Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, mengatakan film yang disajikan untuk ditonton bersama itu tidak hanya mempertontonkan budaya Indonesia, melainkan juga tuntunan bagi keluarga.
Menurutnya, film yang merupakan adaptasi dari novel berseri karya Arswendo Atmowiloto ini memiliki makna dan nilai edukasi yang bisa memberikan inspirasi bagi keluarga.
“Selain menghadirkan film Keluarga Cemara, saya juga merealisasikan permintaan anak-anak pelajar dari SMKN 7 Garut yang memiliki karya film pendek, untuk ditayangkan atau turut manggung,” ujarnya, Sabtu (10/12/2022).
Ferdiansyah menyebutkan, pihaknya juga turut menyosialisasikan film-film syarat muatan budaya lokal yang memiliki arti luas seperti “guyub” atau kompak. Ia pun mengaku ingin mencontoh film nasional FTV dan sinetron yang memanfaatkan lokasi syuting di daerah, seperti film Preman Pensiun dan Suparman Reborn.
Frdiansyah menuturkan, bahwa keinginannya tersebut telah mendapat apresiasi dari banyak warga di daerah. Menurutnya, tidak sedikit yang menawarkan tempat atau lingkungan mereka untuk dijadikan lokasi syuting pembuatan film.
“Tapi itukan bergantung dari pemangku kebijakan, dalam hal ini pelaku perfilman, bisa dan tidaknya memanfaatkan lokasi syuting di daerah,” ucapnya.
Ferdiansyah menambahkan, pembuatan film bernuansa kemasyarakatan dapat mengangkat potensi budaya lokal daerah untuk dijadikan tontonan dan tuntunan bagi masyarakat. Oleh karena itulah, ungkapnya, melalui kemitraan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI yang telah dibangun, pihaknya selalu mengusulkan agar program budaya dapat ditanamkan dalam perfilman nasional.
“Hal itu sekaligus untuk menjawab 10 objek kemajuan kebudayaan dalam konteks kearifan lokal, melalui perfilman dengan memiliki kemasan dan cerita menarik. Tentunya diipadukan dengan kemajuan teknologi digitalisasi saat ini,” katanya.**