Oleh Prof. Dr. Eko Supriyanto P. H.Eng
Jakarta – ekpos.com – Perkembangan teknologi revolusi industri (I.R) 4.0 tidak dapat dibendung termasuk dalam pelayanan kesehatan. Robotics surgery, electronics medical records, artificial intelligence, telemedicine, dan wearable devices adalah contoh-contoh teknologi I.R 4.0 yang telah diimplementasikan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.
Teknologi ini tentunya sangat meresahkan bagi banyak tenaga medis yang kurang memahami fungsi dan batasan teknologi ini. Artificial intelligence akan mengurangi jumlah fungsi diagnosis dokter, robotics surgery akan mengurangi jumlah fungsi dokter bedah, telemedicine akan mengurangi jumlah fungsi klinik, dan wearable devices akan mengurangi jumlah ICU dan ranap rumah sakit.
Hal ini betul dalam arti sempit, tetapi jika kita telaah lebih lanjut, tetap saja teknologi ini memerlukan tenaga medis untuk menggunakannya. Dokter tetaplah orang yang secara legal bertanggung jawab terhadap keselamatan pasien, dokter tetap yang akan memutuskan dapat atau tidaknya teknologi ini digunakan, dokter tetap yang akan mampu berfikir solusi-solusi inovatif yang tidak dapat dilakukan oleh robot dan artificial intelligence, pasien tetap ingin bertemu dan berbicara dengan tenaga medis untuk mendapatkan motivasi psikologis dan nasehat untuk kesembuhan.
Teknologi I.R. 4.0 hanyalah teknologi untuk membantu tenaga medis, terlalu dini bahwa teknologi ini akan mengganti tenaga medis, setidak-tidaknya dalam beberapa dekade kedepan. Robotics surgery akan membantu meringankan kerja para dokter bedah sehingga dokter bedah memiliki pasien semakin banyak dengan tingkat keberhasilan yang semakin tinggi, artificial intelligence akan membantu dokter melakukan diagnosis yang memerlukan data kompleks serta diagnosis dengan kasus berulang yang sangat tinggi, sehingga dokter dapat melakukan diagnosis dengan jumlah lebih banyak dan hasil lebih akurat, telemedicine juga akan meningkatkan jumlah pasien yang dapat ditangani oleh dokter, bahkan ketika dokter tidak berada di fasyankes, wearable devices juga akan membantu dokter untuk mengumpulkan data dari pasien, sehingga jumlah pasien yang dapat ditangani dokter akan lebih banyak dengan data yang akurat, electronics medical records tentunya sangat membantu dokter untuk mengurangi waktu untuk mencari dan membaca data sehingga dokter bisa lebih banyak menangani pasien. ini berarti pada saat ini hingga beberapa dekade mendatang, teknologi-teknologi ini dapat meningkatkan pendapatan dokter sekaligus meningkatkan jumlah pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Dengan teknologi ini, pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas dapat diimplementasikan secara lebih merata. Para tenaga medis akan dipacu terus untuk belajar dan berinovasi, sehingga kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh para dokter juga semakin meningkat. Ini berakibat jumlah pasien yang dilayani oleh dokter juga semakin meningkat. Teknologi ini tentunya juga akan mengurangi kekhawatiran akan kurangnya jumlah dokter di indonesia, yang didasarkan pada standard WHO. Teknologi ini juga akan mengurangi kesenjangan pendapatan antara dokter yang satu dengan yang lainnya dan juga akan meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama di daerah-daerah yang kekurangan tenaga dokter spesialis. Ini artinya dengan teknologi I.R 4.0, kesejahteraan dokter akan meningkat secara lebih merata karena jumlah pasien yang dilayani juga semakin meningkat.
Pemerintah perlu menghitung ulang jumlah dokter yang diperlukan di indonesia kalau teknologi I.R. 4.0 ini benar-benar di implementasikan. Belum tentu indonesia memang betul-betul kekurangan lebih dari 50% jumlah dokter. Kita berharap pemerintah tidak salah menghitung lagi, jangan sampai percepatan tambahan dokter nantinya hanya akan menimbulkan masalah baru. Diperlukan perhitungan yang matang dan juga roadmap yang tepat untuk 20 tahun kedepan.
Dokter yang lebih beretika, bertanggung jawab, inovatif, ramah dan nyaman untuk pasien serta mau terus menerus belajar dan mampu beradaptasi dengan perubahan adalah dokter-dokter yang diperlukan dalam beberapa dekade mendatang. Teknologi I.R. 4.0 tidak akan dapat menggantikan mereka dalam beberapa dekade mendatang. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan ulang cara pemerataan peningkatkan pelayanan kesehatan melalui peningkatan pemerataan kesejahteraan tenaga medis di indonesia.
Penulis adalah guru besar dalam bidang manajemen pelayanan kesehatan, informatika kesehatan, artificial intelligence dan robotics di universitas Teknologi Malaysia dan Universitas Teknologi Ilmenau Jerman, serta pakar WHO dan KEMENKES RI dalam bidang kesehatan digital