Siantar – ekpos.com – Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto meminta kepada seluruh kader Partai Golkar untuk siap bertarung di Pemilu 2024.
Dalam konsolidasi DPD Golkar Kabupaten dan Kota se-Sumatera Utara, Kamis (22/6/2023), para kader diharapkan siap dengan kondisi apa pun untuk mendapatkan suara terbanyak di Pileg dan Pilpres.
Ini tentunya tak terlepas dari usaha Golkar dan Airlangga dalam menggalang dukungan delapan partai untuk menolak gugatan sistem pemilu dari terbuka menjadi tertutup.
Airlangga dengan tegas meminta seluruh kader Golkar di Sumut untuk satu Komando, menghadapi pemilu sistem terbuka yang sudah mereka perjuangkan itu.
“Terkait sistem pemilu terbuka dan tertutup yang sudah diperjuangkan partai Golkar sejak Januari diputus minggu lalu dan dikabulkan Mahkamah Konstitusi sistemnya terbuka. Kalau terbuka itu aspirasinya partai Golkar, maka konsekuensinya kita harus membuktikan, bahwa suara Golkar harus yang terbanyak. Apakah semua siap? Nomor berapa pun, siap? ” tanya Airlangga yang langsung dijawab dengan gempita oleh kader ”Siap!”
Airlangga menyatakan, karena sudah berjuang untuk sistem pemilu terbuka dengan suara terbanyak, maka harus dibuktikan kader Golkar harus siap mendapatkan suara terbanyak pula.
“Kita tidak ingin hanya menang pileg tapi juga harus menang pilpres. Maka kita harus kerja sebanyak-banyaknya, sekeras-kerasnya dan kerja itu harus dimulai sekarang,” ungkap Airlangga.
Selanjutnya, Airlangga menjelaskan, jika Indonesia saat ini masuk dalam persimpangan ketiga, dimana tantangannya menjadi sangat genting. “Sekarang setelah reformasi berjalan, kita dihadapkan pada tantangan berikutnya yakni untuk masuk menjadi negara maju atau menjadi negara menengah saja,” ucap Airlangga.
Menurut Airlangga, di dunia tidak banyak negara yang masuk ke negara maju. Di ASEAN hanya Singapura dan di Asia baru-baru ini hanya Korea Selatan, yang mampu menjadi negara maju dengan pendapatan penduduknya rata-rata 12 ribu dolar per tahun.
Waktu Indonesia hanya 13 tahun untuk melewati tantangan ini di mana kurun waktu itu terdapat periode sepuluh tahunan, yakni pemilu 2024 hingga 2034.
Siklus pemerintahan setelah pasca reformasi ini, menurut Airlangga adalah, 10 tahunan, maka dalam masa itu pemerintahan Indonesia nanti harus ditangani pemimpin yang tepat.
“Ini penting untuk mendorong Indonesia harus maju dengan segala akselerasi dan kecepatan tinggi,” ujarnya.
Tantangan Indonesia ini bukan tantangan yang mudah, karena dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional diperlukan sebuah kestabilan politik.
“Pertumbuhan ekonomi dasarnya adalah stabilitas politik, dan stabilitas politik itu terjadi kalau ada koalisi permanen, yakni lebih dari 50 persen kursi di DPR,” kata Airlangga.
Namun saat ini dengan banyak parpol, maka sulit untuk satu parpol mencapai 50 kursi DPR.
Lewat pemilu yang baik diharapkan akan menghasilkan pemimpin yang solid dan didukung kekuatan politik yang solid.
“Oleh karena itu, kita harus siap, untuk membangun koalisi partai yang besar. Golkar ingin koalisi dengan empat partai yang besar atau tiga atau dua, dan Golkar ingin mengusung koalisi dengan partai yang kuat,” ujar Airlangga.
Airlangga juga menegaskan, Partai Golkar ingin dalam koalisi ke depan membangun koalisi permanen dan diharapkan sehabis pemilu nanti bisa memegang 51 persen suara untuk menciptakan pemerintah yang kuat dan stabil, yang diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian global, seperti perang krisis energi atau krisis perubahan dan krisis kesehatan yang masih mungkin ada.
Airlangga juga menyatakan, jika Partai Golkar tidak hanya partai yang siap secara konsep tapi juga siap secara kader.
“Kita parpol yang tidak hanya memikirkan pemilu tapi juga partai yang membangun kesehatan dan kesiapan SDM. Saya bangga jika mampu menunjukkan daerah itu maju karena dipimpin oleh kader partai Golkar,” kata Airlangga, yang meminta Golkar untuk menang karena kader yang banyak.
Airlangga pun meminta semua kader untuk tidak anggap enteng pemilu kali ini, karena jika sampai salah memilih pemimpin yang benar, maka Indonesia ini hanya berputar-putar dan tidak mampu menjadi negara maju.
Pada akhir pidatonya, tak lupa, Airlangga membacakan sebuah pantun yang jadi andalannya. “Ikan hiu berenang dengan gembira, I love you Sumatera Utara”. (Red).