Solo – ekpos.com – Komitmen Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti terhadap gagasan mengembalikan Pancasila sebagai identitas konstitusi Indonesia tak pernah surut. Di sela acara reuni dan temu kangen bersama teman kuliah pun, masih disempatkan untuk menyampaikan hal fundamental tersebut.
“Meskipun malam ini kita reuni dan temu kangen, tapi saya juga ingin menyampaikan satu hal penting, tentang bangsa dan negara ini. Ijinkan saya menyampaikan bahwa konstitusi Indonesia saat ini justru menjauhkan bangsa dan negara ini dari falsafah dasar bangsa ini, yaitu Pancasila,” ujar LaNyalla saat didapuk berbicara di acara “Silaturahmi dan Temu Kangen Paguyuban Arek Teknik Sipil Angkatan 77 Universitas Brawijaya” di Solo, Sabtu (23/9/2023) malam.
Dikatakan LaNyalla di hadapan teman kuliah seangkatannya, sadar atau tidak, kita telah kehilangan jati diri atau identitas. Realitas yang terjadi sekarang, bangsa ini jauh dari negeri yang beradab. Bangsa ini sudah tercerabut dari watak aslinya, dimana dulu ada spirit ketuhanan, kemanusiaan, rasa persatuan, musyawarah dan keadilan, kini menjadi semakin individualis, liberal dan ekonominya semakin kapitalis.
Sejak dilantik sebagai Ketua DPD RI pada 2019, dirinya berkeliling ke 34 Provinsi dan lebih dari 300 kota dan kabupaten di Indonesia untuk melihat dan mendengar langsung aspirasi dan permasalahan di daerah. Kesimpulan di seluruh daerah hampir sama yakni kemiskinan struktural dan ketidakadilan sosial.
“Setelah kami telaah, akar persoalannya ada di hulu, yaitu amandemen konstitusi di tahun 1999 hingga 2002 silam. Dimana lebih dari 95 persen isi pasal-pasal di UUD 1945 naskah asli diubah, sehingga UUD kita sekarang justru meninggalkan Pancasila sebagai identitas dan norma hukum tertinggi,” ujar LaNyalla.
Hal tersebut menjadikan sistem tata negara yang mengacu kepada demokrasi asli Indonesia, yaitu demokrasi Pancasila menjadi demokrasi barat dan ekonominya juga menjadi ekonomi pasar yang kapitalis.
“Dimana letak sila keempat atau permusyawaratan perwakilan, kalau pemilihan presiden dengan sistem langsung? Belum lagi ekonomi Pancasila berubah menjadi ekonomi yang kapitalistik yang terbukti semakin memperkaya segelintir orang, dengan kesenjangan ekonomi yang semakin tinggi,” papar dia.
Karena itulah, perbaikan Konstitusi harus dilakukan. LaNyalla sebagai salah satu alumni mengajak teman-temannya untuk membangun kesadaran kolektif menjalankan azas dan sistem bernegara Pancasila sesuai rumusan pendiri bangsa.
“Kita kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945 naskah asli yang disusun oleh para pendiri bangsa. Kemudian kita sempurnakan dengan cara yang benar, melalui amandemen dengan teknik adendum, sehingga tidak menghilangkan Pancasila sebagai norma hukum tertinggi. Ini yang saya dan kolega di DPD RI sedang perjuangkan. Harapannya tentu teman-teman juga mendukung dan meresonansikan hal ini untuk perbaikan Indonesia ke depan,” tegas dia.
Ketua Paguyuban Arek Teknik Sipil Angkatan 77 Universitas Brawijaya, Yulianto, mengapresiasi kehadiran LaNyalla di acara reuni. Meski dengan kepadatan agenda sebagai ketua lembaga tinggi, namun tetap meluangkan waktu bertemu teman-teman lamanya.
Terkait Pancasila yang disinggung LaNyalla, Yulianto sangat menyadari dan mengakui hal itu. Bagaimana saat ini dia melihat Pancasila terlupakan baik dari nilai-nilai maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
“Tak bisa dipungkiri, memang bangsa ini telah melupakan nilai-nilai luhur bangsa. Kami semua sepakat dengan upaya Bang LaNyalla untuk mengembalikan Pancasila sebagai pedoman hidup kita,” tutur dia.
Keluarga besar alumni Teknik Sipil Universitas Brawijaya angkatan ’77 mengaku bangga dengan LaNyalla. Walaupun dahulu dikenal sebagai mahasiswa biasa, kini LaNyalla menjelma sebagai sosok yang luar biasa.
“Bagaimana tidak, Bang LaNyalla bisa menjadi ketua lembaga tinggi negara, jauh dari ilmu teknik sipil yang dipelajari saat kuliah. Bagi kami pencapaian ini tidak biasa. Kami berharap dan berdo’a semoga perjuangan Bang LaNyalla berhasil, sehingga menjadi peninggalan yang baik bagi anak cucu kita,” katanya. (Red).