Jakarta – ekpos.com – Capres PDIP, Ganjar Pranowo memberikan dukungan moral untuk Melki Sedek Huang, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), yang diduga mendapatkan intimidasi dari alat negara. Melki dikabarkan mendapatkan ancaman pada 7 November 2023, akibat kritiknya terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas usia pencalonan Capres dan Cawapres.
Dalam pesannya, Ganjar mengatakan bahwa, Melki harus terus berjuang dan menyuarakan kebenaran. Tidak sedikit orang yang mendukung Melki, sehingga Ganjar berharap Ketua BEM UI itu tidak gentar.
“Melki berjuang terus, pasti kamu tidak sendirian. Banyak orang yang sepemikiran dan seperasaan dengan kamu. Salam hormat saya untuk Ibunda di rumah dan keluargamu. Betapa bangganya kami melihat seorang ibu yang melahirkan anak seperti kamu,” kata Ganjar berpesan.
Dukungan untuk Melki tak hanya datang dari Ganjar. Yayasan Lembaga Hukum Indonesia (YLBHI) menyebut perlakuan yang diperoleh Melki sebagai tindakan otoriter negara terhadap warganya.
Pernyataan soal tindakan otoriter negara terhadap Ketua BEM UI disampaikan Ketua YLBHI, Muhammad Isnur, pada Kamis (9 November 2023).
“Ini adalah tanda-tanda dari ciri-ciri negara otoritarian, negara yang totaliter, yang tidak menghargai kebebasan berekspresi, berpendapat dan tidak menghargai kritik dari masyarakat,” kata Isnur.
“Tindakan ini sangat berbahaya bagi demokrasi, karena orang semakin takut berbicara dan bersuara,” kata Isnur menambahkan.
Menurut Isnur, pemerintah sebenarnya sadar sedang bermasalah. Namun bukannya berbenah, pemerintah justru dianggap mengelak dengan merasa bahwa kondisi negara sedang baik-baik saja.
“Tentu saja kepolisian atau TNI yang melakukan pengawasan terhadap Ketua BEM UI dan keluarganya harus dicari tahu, diperiksa. Jangan sampai terulang lagi penculikan-penculikan seperti di masa lalu,” kata Isnur lagi.
Melki pada 7 November lalu mengatakan, dirinya dan keluarganya di Pontianak, Kalbar mendapatkan sejumlah ancaman. Keluarganya di Pontianak didatangi aparat beberapa pekan lalu. Mereka datang tanpa menyebutkan asal kesatuan, dan hanya menyatakan sebagai aparat.
“Ibu saya di rumah didatangi aparat keamanan ada dari TNI-Polri menanyakan ke ibu saya, Melki biasa balik ke rumah kapan? Melki kegiatan dulu di rumah ngapain saja?,” ujar Melki.
Teror dalam bentuk serangan digital juga diakui Melki pernah dia dapatkan. Intensitas serangan meninggi setelah hiruk pikuk kasus putusan kontroversial MK, yang melibatkan adik ipar Presiden Jokowi, Anwar Usman sebagai Ketua MK saat itu.
“Saya tidak tahu apapun motifnya, tapi saya punya keyakinan bahwa ini cukup bertalian erat dengan kondisi sosial politik yang hari ini sedang mengudara yang salah satunya adalah tentang hiruk pikuk putusan MK tersebut,” kata Melki lagi.
Meskipun mendapatkan intimidasi, Melki tak merasa gentar. Menurutnya, semakin banyak ancaman dia tambah yakin kritisinya ada di jalan yang benar.
Sebagai Ketua BEM UI, Melki sudah membawa masalah yang sedang dia hadapi ke dalam internal organisasi mahasiswa yang dipimpinnya tersebut.
Kontroversi MK berawal ketika lembaga tersebut memutus syarat minimal usia Capres-Cawapres yang semula 40 tahun menjadi “40 tahun atau pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih lewat Pemilu termasuk Pilkada”.
Putusan itu akhirnya membuka pintu bagi Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka yang masih berusia 40 tahun untuk maju di Pilpres 2024. Gibran adalah putra sulung Presiden Jokowi sekaligus keponakan Anwar Usman. (Red).