Pemimpin Kesehatan Global Membahas Alat Inovatif dan Transformatif untuk Mengakhiri TBC

BALI || Ekpos.com – Pemerintah Indonesia, bersama para pemimpin kesehatan global dan mitra, menyerukan tindakan cepat untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat global berupa tuberkulosis (TBC) melalui pendekatan inovatif dan transformatif.

Dalam pertemuan tingkat tinggi yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, para pemangku kepentingan global seperti Gates Foundation, FIND dan TB Alliance menyampaikan visi mereka tentang inovasi dan aksi kolaboratif untuk membawa perubahan paradigma dalam pencegahan, diagnosis dan pengobatan TBC.

Pertemuan ini diadakan di Bali, Senin (11/11) menjelang Konferensi Dunia tentang Kesehatan Paru 2024, yang menandai langkah besar dalam upaya global untuk menangani salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia.

“Untuk mengeliminasi TB, kita harus mengadopsi solusi inovatif, meninjau bukti yang ada, dan membangun alat baru yang memungkinkan pencegahan, diagnosis dan pengobatan secara dini dan efisien. Hari ini, saya berharap mitra kesehatan global dan pemimpin industri dapat membantu merumuskan visi untuk menghadirkan perubahan paradigma ini dalam cara kita mencegah, mendeteksi, dan mengobati TB,” ujar Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin melalui keterangannya, Senin (11/11).

Ia juga mendesak negara-negara lain untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan serta mengadopsi inovasi untuk mencapai target eliminasi TBC.

Pada kesempatan tersebut, Direktur Eksekutif The Union, Cassandra Kelly-Cirino, menekankan pentingnya upaya kolaboratif antara pemerintah, industri dan masyarakat sipil untuk memajukan pengembangan alat-alat baru dan memastikan alat-alat tersebut menjangkau mereka yang paling membutuhkan.

Kepala Transformasi/CEO FIND, Dr. Ifedayo Adetifa, menekankan bahwa, mempercepat akses ke diagnostik yang terjangkau dan akurat adalah kunci untuk memungkinkan diagnosis dini dan pengobatan bagi orang dengan TBC, sehingga dapat memutus rantai penularan dalam komunitas.

Menyoroti komitmen FIND untuk mengembangkan dan memperluas alat TBC inovatif di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, ia menyatakan, Kami berupaya mengembangkan tes diagnostik yang lebih baik, terjangkau, dan bisa diakses di tempat layanan, yang akan membantu mengidentifikasi orang yang terkena TB dengan lebih tepat waktu.

“TBC adalah penyakit menular paling mematikan di dunia, dengan lebih dari 10 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. TB Alliance berdedikasi untuk memerangi pandemi ini dan berupaya mengurangi durasi pengobatan secara signifikan,” ujarnya.

Presiden dan CEO TB Alliance, Dr. Mel Spigelman, membagikan visi berani “satu demi satu” untuk merevolusi pengobatan TBC.

Ia mengatakan, Strategi ini bertujuan untuk mengurangi durasi perawatan TBC menjadi hanya satu hari untuk infeksi TBC laten dan satu bulan untuk infeksi TBC aktif. “TB Alliance berupaya menyederhanakan perawatan, meningkatkan kepatuhan dan mempercepat kemajuan menuju dunia bebas TBC melalui penelitian canggih dan terobosan ilmiah yang menjanjikan. Pendekatan ini bukan hanya bisa dicapai, tapi juga sudah berada dalam jangkauan kita,” ungkapnya.

Lanjutnya, laporan TB Global 2024 menunjukkan bahwa, perkiraan jumlah kasus TBC baru mulai stabil, dengan 10,8 juta kasus tercatat pada 2023, sedikit meningkat dari 10,7 juta pada 2022. Sebagian besar insiden TBC baru (87%) terjadi di 30 negara yang memiliki beban tinggi, dengan India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan menyumbang lebih dari separuh total global.

Meskipun Indonesia termasuk dalam negara-negara dengan beban TBC tertinggi, komitmen politik yang kuat dari pemerintah baru menempatkan negara ini sebagai contoh global melalui adopsi dan implementasi alat inovatif untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat ini.

“Upaya memperkuat sistem kesehatan meliputi pengembangan alat diagnostik TBC yang diproduksi secara lokal, peningkatan signifikan anggaran nasional untuk TBC, serta menjadikan Indonesia sebagai salah satu lokasi uji klinis untuk vaksin TBC baru. Selain itu, Indonesia memperluas penggunaan rejimen pengobatan yang lebih singkat untuk TBC resisten obat, dengan tujuan meningkatkan hasil dan aksesibilitas,” pungkasnya.

Sementara itu, para pemangku kepentingan industri seperti BioFarma, Kalgen DNA, FujiFilm, Beckton Dickinson dan lainnya menyatakan komitmen mereka untuk mengembangkan solusi, termasuk diagnostik, pengobatan dan vaksin, yang lebih aman, sederhana, dan efektif untuk mengakhiri TBC.

“Mereka juga menyoroti peran kolaborasi publik-swasta dalam mempercepat penelitian dan pengembangan (R&D), serta memastikan akses tepat waktu terhadap alat-alat TBC yang menyelamatkan jiwa di Indonesia dan seluruh dunia,” ujarnya. (Red).

Total
0
Shares
Previous Article

Komitmen Taiwan Terhadap Aksi Iklim

Next Article

Agam Maulana: "Buatlah Dirimu Sibuk..."

Related Posts