Bandung, Ekpos.com
Ketua Program studi Studi Agama-Agama, UIN SGD Bandung Dr. Ilim Abdul Halim, M.A,menegaskan bahwa di era algoritma yang serba cepat dan digital, manusia dihadapkan pada pertanyaan baru tentang eksistensi dan tujuan hidup.
“Teknologi telah mengubah cara manusia memproses informasi dan memahami dunia sekitar. Namun, di tengah kehidupan digital yang serba cepat, manusia tetap mencari spiritualitas yang autentik.” ucap Ilim saat menjadi pembicara dalam kuliah umum ” Agama sebagai Warisan Kultural Milik Bersama: Agama dan Makna Hidup di Era Algoritma” bertempat di Aula utama,lantai 4 gedung Pascasarjana UIN SGD Bandung, Rabu, 04 Juni 2025.
Ia mengungkapkan terdapat lima pedoman hidup bermakna di era algoritma. Pertama, hubungan personal yang hangat dan tulus dengan sesama manusia dan Tuhan. Ajaran agama seperti ukhuwah dalam Islam, metta dalam Buddhisme, dan bhakti dalam Hindu menekankan pentingnya hubungan sosial yang saling mendukung.
Kedua, positivity atau keputusan sadar untuk memandang dunia sebagai kesempatan yang penuh kemungkinan. Positivity memberi manusia kekuatan mental untuk bertahan dan melangkah maju di tengah ketidakpastian. Ajaran agama seperti husnudzon dalam Islam, cinta kasih dalam Kristen, dan santosh dalam Hindu menekankan pentingnya sikap positif dalam menghadapi kehidupan.
Ketiga, passion atau dorongan batin yang membuat seseorang rela mencurahkan waktu, energi, dan pengorbanan. Passion membawa seseorang mencapai kedamaian batin dan hidup yang bermakna. Ajaran agama seperti ihsan dalam Islam, cinta kasih dalam Kristen, dan bhakti dalam Hindu menekankan pentingnya keikhlasan dan pengabdian dalam menjalani setiap perbuatan.
Keempat, small winning atau kemenangan kecil yang manusia raih setiap hari. Small winning dimaksudkan agar manusia senantiasa bersyukur apa pun yang diperolehnya. Ajaran agama seperti istiqamah dalam Islam, faithfulness dalam Kristen, dan karma yoga dalam Hindu menekankan pentingnya konsistensi dan penghargaan terhadap setiap tindakan kecil yang dilakukan dengan niat tulus.
Kelima, spiritualitas dan wellness atau keseimbangan spiritual dan kesejahteraan menyeluruh. Spiritualitas memperkuat bukan hanya kesejahteraan pribadi tetapi juga performa profesional. Ajaran agama seperti ihsan dalam Islam, kasih dan pengampunan dalam Kristen, dan meditasi dalam Buddhisme menekankan pentingnya spiritualitas dalam menciptakan kehidupan yang utuh dan bermakna.
Dengan memahami dan mengamalkan lima pedoman hidup bermakna ini, manusia dapat menemukan keseimbangan spiritual dan kesejahteraan di era algoritma. Semoga pedoman-pedoman ini dapat menjadi inspirasi bagi manusia untuk hidup yang lebih bermakna dan seimbang.
Penelitian dan pengamalan pedoman hidup bermakna ini dapat membantu manusia dalam meningkatkan kualitas hidup dan mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi. Dengan demikian, manusia dapat hidup yang lebih seimbang dan harmonis di era algoritma.