Jakarta – ekpos.com – Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Indonesia Perjuangan (PDIP), Junico BP Siahaan menyayangkan menurunnya digital ethics dan digital safety di tengah meningkatnya literasi digital Indonesia.
Hal itu terlihat dari data Survey Index Literasi Digital (Kata Data dan Kemkominfo) tahun 2021.”Ini harus menjadi catatan kita bersama,” katanya dalam Webinar Ngobrol Bareng Lagislator, Sabtu (9/4).
Selain Nico, Webinar menghadirkan narasumber Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, DR Yustikasari dan Praktisi Komunikasi dan Bisnis, Prihadi Dwi Anggoro serta Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel A. Pangerapan.
Mantan presenter yang akrab disapa Nico itu menjelaskan, kebiasaan-kebiasaan masyarakat semakin lama semakin terkait dengan digital dan budaya digital menjadi merebak dan menjadi sesuatu yang biasa dan tak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat Indonesia. “Sayangnya, etika dalam dunia digital turun. kemudian digital safety kita juga turun,” ujarnya.
Survey tersebut mambandingkan kondisi literasi Indonesia tahun 2021 dengan tahun 2020. Index literasi digital tahun 2021 naik 0,03% menjadi 3,49%. Index digital skils dan digital culture naik masing-masing 0,10% menjadi 3,44% dan 0,35% menjadi 3,90%. Adapun digital ethics dan digital safety turun masing-masing 0,19% menjadi 3,53% dan 0,14% menjadi 3,10%.
Dia menjelaskan, peran DPR untuk meningkatkan literasi digital antara lain dengan menyiapkan U. Saat ini, DPR tengah membahas RUU Perlindungan data pribadi dan revisi UU No.32 tahun 2022 tentang Penyiaran.
“Kami juga mendukung anggaran Kemkominfo untuk penyediaan infrastruktur digital di tanah air. Tahun 2021, anggaran Kemkominfo Rp16,9 triliun. Sedangkan tahun 2022, naik menjadi Rp21,7 triliun,” katanya.
DPR juga melakukan pengawasan untuk mmemastikan tidak ada ketimpangan digital di Indonesia, literasi digital terus berjakan dengan baik dan hak-hak masyarakat yang ada dalam tupoksi Kemkominfo dapat terpenuhi.
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung, DR Yustikasari mengatakan, masyarakat Indonesia dalam kenyataannya masih menjaga nilai-nilai luhur dan nilai-nilai sopan santun atau nilai-nilai yang masih terikat dengan etika.
“Warga net Indonesia adalah warga yang tidak sopan di media sosial itu telah mencoreng reputasi warga Indonesia yang terkenal dengan sopan santun. Jangan sampai karakter negatif itu menjadi sesuatu hal menjadi biasa-biasa dan menghilangkan karakter bangsa yang harus kita pertahankan,” katanya.
Praktisi Komunikasi dan Bisnis, Prihadi Dwi Anggoro mengatakan, dunia maya dan dunia digital dalam terapannya memiliki etika yang sejalan juga dengan dunia nyata. Dunia digital harusnya bisa meningkatkan pola hidup yang produktif.
Bagaimana media sosial menjadi sesuatu yang diidolakan di dunia nyata dan menjadi pilihan pokok dalam dunia nyata. Trigernya adalah simple, dapat meningkatkan relasi, luas jangkauan dan terukur. (Bng).