Oleh: Ahmad Rusdiana
Allah SWT. telah menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini dengan memberikan dan menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk menjalani kehidupan di dunia yang mana sebagai tempat untuk menanam bekal akhirat nanti. Sebagaimana firmannya dalam surat al-Baqarah ayat 22:
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Q.S al-Baqarah [2]:22).
Dalam ayat tersebut Allah SWT telah sangat jelas menghamparkan bumi serta membentangkannya untuk mansuia agar manusia dapat menempati bumi serta dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Allah juga telah menjadikan langit sebagai atap yang kokoh yang melindungi manusia dari benda-benda langit yang beredar sesuai sunnatullah. Untuk memenuhi kebutuhan dalam menjalani hidup di dunia Allah juga telah menurunkan air hujan yang dapat menumbuhkan berbagai macam tanaman dan tumbuhan yang menghasilkan buah-buahan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Betapa besar nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Selain nikmat yang tampak dipermukaan bumi Allah juga memberikan berbagai macam nikmat lain dari perut bumi yang dapat diambil oleh manusia guna memnuhi kehidupan tersebut, namun semua itu harus dimanfaatkan dengan baik serta tidak merusak apa yang telah Allah sediakan.
Namun, realitas yang ada tidak sesaui dengan apa yang di perintahkan oleh Allah, banyak dari manusia yang lalai dan terlalu rakus, sehingga melakukan eksploitasi yang berlebihan terhadap bumi ini dan melupakan tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi. Efek eksploitasi yang berlebihan dan kurangnya kasih sayang manusia terhadap bumi maka terjadilah banyak bencana yang di akibatkan oleh kerakusan tersebut. Di Indonesia berdasarkan data dari Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, terdapat 3.318 peristiwa bencana alam yang terjadi di seluruh Indonesia sejak awal tahun hingga 4 Desember 2022. Bencana alam yang paling banyak terjadi adalah banjir, yakni 1.420 kejadian. Jumlah itu setara 42,8% dari total kejadian bencana hingga awal Desember tahun ini. Selanjutnya, terdapat 989 kejadian cuaca ekstrem, 608 kejadian tanah longsor, dan 250 kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada periode yang sama. Ada pula gempa bumi yang terjadi sebanyak 25 kejadian, gelombang pasang/abrasi 22 kejadian , serta 4 kejadian kekeringan. Adapun provinsi yang mengalami kejadian bencana alam terbanyak selama periode tersebut berada di Jawa Barat, yakni sebanyak 775 kejadian. Diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Timur masing-masing 457 dan 380 kejadian. Seluruh kejadian bencana itu membuat lebih dari 5,7 juta orang terpaksa mengungsi, 563 orang meninggal dunia, 8.694 orang luka-luka, dan 43 orang hilang. Bencana tersebut juga mengakibatkan 72.218 rumah rusak, dengan rincian 13.842 rumah rusak berat, 17.210 rusak sedang, dan 41.166 rusak ringan. Kemudian, sebanyak 1.732 fasilitas umum juga dilaporkan mengalami kerusakan, terdiri dari 1.047 fasilitas pendidikan rusak, 595 fasilitas peribadatan rusak, dan 90 fasilitas kesehatan rusak.
Betapa banyak bencana yang terjadi, dan semua itu akibat kelakuan kita sebagai manusia yang seharusnya memiliki tanggungjawab untuk menjaga, memelihara serta menyayangi seluruh makhluk yang ada di bumi, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
: “Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Ar Rahman, berkasih sayanglah kepada siapapun yang ada di bumi, niscaya Yang ada di langit akan mengasihi kalian. (Riwayat Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi, dan Hakim)
Hadis dii atas sudah sangat jelas bagaimana Rasulullah mengajarkan manusia untuk mengkasihi, menyayangi segala yang ada di bumi, baik makhluknya ataupun buminya, dengan mengkasihi dan menyayangi yang ada dibumi maka kita akan mendapatkan kasih dari langit, kasih yang tiada terkira dan sayang yang tiada tandingan, kasih dari sang maha pengasih dan sayang dari sang maha penyayang yakni Allah SWT yang pemilik dan pemelihara alam.
Allah menciptakan manusia dari bumi ini dan menugaskan manusia untuk melakukan imarah dimuka bumi dengan mengelola dan memeliharanya. Tugas kekhalifahan terhadap alam (natur)” meliputi:
Pertama: Mengulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar dibudayakan, sehingga menghasilkan karya- karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia.
Kedua; Mengulturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni. budaya atau hasi karya manusia harus disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai merusak alam atau lingkungan hidup, agar tidak menimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya.
Ketiga; MengiIslamkan kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap komitmen dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil-‘alamin, sehingga berbudaya berarti mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran Ilahi.
Keunggulan dan kekuatan manusia dalam mengontrol sikapnya terhadap alam dan makhluk lainnya merupakan sebuah amanah yang diterima manusia dari Allah. Sehingga manusia harus mampu menunjukkan tanggungjawab atas pemanfaatan dan pemeliharaan alam dan segala isinya sebagai amanah yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Karena sudah menjadi kewajiban bagi manusia sebagai seorang khalifah (pemimpin) dalam mengelola alam. Konsep khalifah sebagai yang telah dikemukakan diatas menunjukkan bahwa dalam ajaran islam memiliki relevansi dan perhatian yang sangat besar terhadap konsep ekologis dan lingkungan hidup. Sehingga untuk itu, ajaran islam mengenai konsep ekologis dan lingkungan hidup perlu dikonstruksi sebagai sistem, keyakinan akan nilai-nilai dan cita-cita lingkungan hidup, yang dapat dipahami, ditransformasikan dan diinternalisasikan oleh seluruh umat untuk diperjuangan guna mewujudkan cita-cita tersebut. .(Wallahu A’lam Bishowab)
*( Artikel ini merupakan Intisari dari khutbah Jumat,16 Desember.2022)
Profile:
Ahmad Rusdiana, Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti PerguruanTinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengem-bangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri/Ketua Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. https://play. google. com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M***red