INDRAMAYU, Ekpos.com – Pemerintah Kabupaten Indramayu terus melakukan berbagai terobosan dalam berbagai sektor, termasuk pengelolaan sampah. Dengan menggandeng perguruan tinggi Institut Teknologi PLN (IT PLN).
Pemerintah Kabupaten Indramayu menjajaki kerja sama dalam optimalisasia pemanfaatan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) yang merupakan energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai covering Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Kerja sama tersebut juga sejalan dengan kebijakan Waste to Energy di Kabupaten Indramayu yang mana tidak hanya bertujuan untuk mengurangi timbunan sampah, namun lebih dari itu diharapkan menghasilkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitarnya,
Hal tersebut disampaikan, Kepala BIdang Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Indramayu, Suherman Rustandi usai mengikuti rapat pembahasan draft kesepakatan bersama dan perjanjian kerjasama Pemkab Indramayu dengan IT PLN di Ruang Rapat Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat, Selasa (3/10/2023).
“Pada intinya, permasalahan sampah sekarang ini sudah menjadi perhatian semua pihak termasuk dari institusi pendidikan dalam hal ini ITPLN, mereka juga ingin berkontribusi dengan tridharma mereka sesuai bidang mereka tapi kita coba Kerja sama di pengelolaan sampah,” ungkap Suherman.
Sementara itu, Analis Penyuluhan dan Layanan Informasi DLH Kabupaten Indramayu, Kusnadi mengatakan, kerja sama yang dilakukan tersebut tidak hanya dari sisi penyediaan sarpras melainkan pula kerjasama dalam menyelenggarakan pelatihan bagi kelompok swadaya masyarakat yang dilibatkan dalam produksi RDF yang rencananya akan dilaksanakan di Pusat Daur Ulang (PDU) yang berlokasi di Desa Sumbermulya Kecamatan Haurgeulis sebagai pilot project.
Lanjut Kusnadi, dengan hadirnya RDF Plant dengan kapasitas 20 ton sampah per hari tersebut menambah daftar fasilitas produksi RDF di Kabupaten Indramayu selain TPST Pecuk yang akan segera dibangun.
“Jadi untuk RDF nanti kita ada 2 kegiatan besar yaitu pembangunan TPST yang ada di pecuk itu pemerintah pusat melalui APBN melalui Kementerian PUPR itu lebih besar lagi karena rencana di sana 300 ton per hari, nah dengan yang sekarang di PDU dengan ITPLN rencana kita 20 ton per hari dengan skala yang lebih kecil,” ujar Kusnadi.
Melalui kerja sama tersebut, Kusnadi berharap pemanfaatan sampah menjadi RDF dapat memberikan keuntungan tidak hanya pada satu sisi. Melain juga pada sektor pemberdayaan masyarakat dan ekonomi, peningkatan ekonomi masyarakat yang nanti tergabung dalam produksi RDF bisa meningkat karena hasil produk RDF yang dihasilkan itu dijual kepada offtaker salah satunya PLTU.
Sedangkan dari sisi lingkungan, program pemanfaatan sampah menjadi energi terbarukan tersebut mendukung program pemerintah pusat dan internasional dalam mengurangi emisi.
“Harapan kami, ini juga bisa menjadi semacam satu awalan untuk ketika ini kita bisa adaptasi dan bisa kita realisasikan di lapangan dengan baik dapat direplikasi ke tempat lain harapannya itu. Tidak hanya dengan ITPLN, harapan kami setelah ini berjalan sesuai dengan yang kita harapkan mungkin korporasi atau BUMN yang lain bisa menjadi bapak asuh kepada desa-desa lainnya yang nanti kita coba untuk menerapkan hal yang sama,” pungkas Kusnadi. (Nuryasin)