WR I  Dorong Ma’had Al-Jami’ah Bentuk Kurikulum Kelas Bilingual

Bandung, Ekpos.com

Ma’had Al-Jami’ah harus berfungsi sebagai camp training untuk relevasi kemampuan, kualitas, dan pengalaman mahasiswa. Salah satu yang ditekankan dalam kurikulum Ma’had adalah pengadaan kelas bilingual ( dua bahasa Arab, Inggris).

Demikian ditegaskan Wakil Rektor I Bidang Akademik, UIN SGD Bandung, Dr. Dadan Rusmana, M.Ag.,“Saat ini kita sedang mengarah kepada kelas internasional. Di mana mahasiswa dan pengajar secara konsisten menggunakan bahasa asing seperti bahasa Arab dan Inggris saat perkuliahan. Kita akan menjadikan kelas bilingual tersebut menjadi habituasi (pembiasaan) dalam berkomunikasi, bukan lagi tujuan pembelajaran,” terang Dadan saat menghadiri Ta’aruf Ma’hady di Aula Anwar Musaddad, Kampus I, Jumat, (1/9/2023)

Menurutnya,perencanaan kurikulum Ma’had yang harus jelas. Caranya dengan mengutamakan pembelajaran Kitab Turats. Model pembelajaran Ma’had  dapat dikonversikan ke dalam SKS (Satuan Kredit Semester) perkuliahan mahasiswa.

“Seperti pembelajaran kitab turats, kelas bahasa, dan kelas bersama mengenai mata kuliah umum lainnya, itu bisa dikonversikan ke dalam mata kuliah. Jadi mahasiswa tidak usah ambil kelas lagi. Harapannya, mereka akan lebih fokus ke program studi mereka masing-masing kalau sudah di kelas,” tandasnya.

Bukan hanya itu, Ia juga merencanakan pengapresiasian terhadap mahasiswa yang berprestasi dengan mengkonversi capaian mereka dengan mata kuliah yang sesuai.

“Hal ini jelas merupakan bentuk apresiasi dan pengakuan terhadap capaian mahasiswa UIN Bandung. Misal mahasiswa yang memenangkan lomba pidato bahasa asing, bisa dikonversikan ke dalam mata kuliah speaking atau apapun yang sesuai. Sehingga nantinya banyak mahasiswa yang termotivasi untuk mengembangkan kemampuannya di luar perkuliahan,” papar Dadan.

Direktur Ma’had Al-Jamiah, Abdul Hadi, M.Ag., menjelaskan Ma’had merupakan pelembagaan tradisi ke dalam kampus yang berupaya merefleksikan nilai-nilai kepesantrenan, mentransformasikan keilmuan dan pengalaman tradisi keislaman, dan menjadi model pendidikan khas Indonesia, karena muncul dan berkembang dari pengalaman sosiologis masyarakat lingkungannya.

“Jadi pembelajaran dimulai tiap semester barunya, kami selalu rutin mengadakan pembelajaran itu setiap hari dari pukul 19.30 sampai 21.00 WIB. Untuk hari Minggu-Senin itu bahasa Arab, Selasa-Rabu diisi oleh bahasa Inggris, Kamis itu Turost, Jumat itu Tahsin, Sabtu biasanya Seminar yang diadakan oleh Ma’had,” pungkasnya.****Dafi

Total
0
Shares
Previous Article

Lanal Ketapang Bersama Forkopimca Sandai Sambut Tim Expedisi Maritim 2023 Route Putih

Next Article

Ketua DPD RI: Aspirasi Kades Soal Perpanjangan Masa Jabatan Sudah di Presiden

Related Posts