Bandung,Ekpos.com
Wawancara Eksklusif dengan: Prof. Dr. H. A. Rusdiana, MM. Guru besar Manajemen Pendidikan UIN Bandung. Pediri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Mishbah Cipadung Bandung dan Yayasan Pengembangan Swadaya Mayarakat Tresna Bhakti Cinyasag Panawangan Kabupaten Ciamis.”
Tepat pada 21 April 2025, Yayasan Sosial Dana Pendidikan (YSDP) Al-Mishbah genap berusia 41 tahun. Sebuah usia matang untuk merefleksikan kiprah dan kontribusi lembaga ini dalam menyalakan “pelita cinta” di dunia pendidikan. Kata “Al-Mishbah”—yang berarti pelita dalam bahasa Arab bukan sekadar nama, tapi menjadi simbol misi: Menerangi kegelapan zaman dengan cahaya ilmu dan kasih. Dalam teori pendidikan holistik, pelita cinta adalah pendekatan integral yang menyatukan dimensi kognitif, afektif, dan spiritual. Namun demikian, ada gap yang perlu dijembatani: di tengah transformasi kurikulum dan dominasi pendekatan teknokratis, nilai-nilai spiritual dan ekologis kerap tersisih. Padahal, pembelajaran bermakna dan mendalam (deep learning) mensyaratkan keterlibatan utuh akal, hati, dan tindakan. Oleh karena itu, tulisan ini penting untuk merefleksikan ulang arah pendidikan berbasis cinta, serta merumuskan strategi konkret menuju visi Indonesia Emas 2045. Berikut jawaban atas permintaan Rekan Media:
Pertama: Nilai pelajaran apa yang bisa digali dalam Milad Al-Mishbah ke-41?
Milad ke-41 YSDP Al-Mishbah mengajarkan setidaknya tiga nilai utama: cinta kasih universal, kesadaran ekologis, dan spiritualitas pembelajaran. Melalui pendekatan Kurikulum Cinta dan Ekoteologi, pendidikan diposisikan bukan hanya sebagai proses kognitif, tapi juga sebagai ruang pembinaan akhlak dan empati. Nilai cinta pada Tuhan, sesama, dan alam menjadi fondasi utama pembelajaran. Hal ini sesuai dengan kebijakan terbaru tiga menteri Kemdikbudristek, Kemenag, dan Kemensos yang mendorong integrasi spiritualitas dalam pembelajaran Ramadan 2025.
Kedua: Apa target Al-Mishbah ke depan dalam menghadapi Indonesia Emas 2045?;
YSDP Al-Mishbah memiliki visi besar: Membangun generasi pelita yakni pelajar yang mencintai ilmu, menyatu dengan nilai-nilai luhur, dan siap membangun bangsa. Target jangka panjangnya adalah menghasilkan lulusan yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan ekologis. Dengan demikian, Al-Mishbah tidak hanya menyiapkan peserta didik untuk kompetensi kerja, tapi juga untuk kepemimpinan peradaban yang berkelanjutan.
Ketiga: Strateginya seperti apa agar target bisa tercapai?
Strategi utama YSDP Al-Mishbah mengarah pada empat pendekatan inovatif: 1) Proyek Reflektif Berbasis Nilai: seperti “Surat Cinta untuk Bumi” atau “Taman Doa Ekologis” yang menggabungkan aktivitas spiritual dengan tindakan ekologis; 3) Integrasi Ekoteologi dalam Kurikulum Merdeka: sebagai pendekatan lintas disiplin yang membentuk ekosistem pembelajaran yang religius dan ramah lingkungan; 4) Pelatihan Guru Berbasis Spiritualitas dan Ekologi: guru menjadi fasilitator kehidupan, bukan sekadar penyampai materi; 5) Kolaborasi Multi-Pihak: termasuk pesantren, sekolah umum, komunitas, dan pemerintah daerah agar transformasi ini bisa bersifat sistemik.
Keempat:Apa harapan ke depan dengan Milad Al-Mishbah ke-41?
Harapan besarnya adalah agar semangat “Menyalakan Pelita Cinta” menjadi gerakan nasional. YSDP Al-Mishbah bisa menjadi laboratorium pendidikan berbasis nilai bagi Indonesia. Di tengah tantangan era industri 5.0 yang mengedepankan kecanggihan teknologi, pendidikan harus tetap menjadi ruang yang humanis, spiritual, dan ekologis. Harapan lainnya adalah agar Kurikulum Cinta menjadi inspirasi dalam perumusan kebijakan nasional, terutama pada pendidikan karakter dalam Kurikulum Merdeka dan P5PRA.
Refleksi 41 tahun YSDP Al-Mishbah menunjukkan bahwa pendidikan berbasis nilai cinta dan ekoteologi adalah jawaban atas tantangan zaman. Di era Merdeka Belajar, pendidikan tak boleh lepas dari spiritualitas dan cinta kasih. Oleh karena itu, para guru dan pemangku kepentingan disarankan: 1) Mengadopsi proyek berbasis refleksi dan ekologi dalam pembelajaran; 2) Melakukan pelatihan guru dengan pendekatan kurikulum cinta dan spiritualitas; 30 Mendorong kolaborasi kebijakan lintas kementerian berbasis nilai kasih dan lingkungan.
Menyalakan pelita cinta bukan sekadar slogan milad, tetapi sebuah gerakan menuju masa depan Indonesia Emas 2045 yang lebih bijak, adil, dan lestari. Menghidupkan kembali nilai kasih, spiritualitas, dan kepedulian ekologis sebagai arah baru pendidikan menyongsong Indonesia Emas 2045.****